BERITA HARIAN


Ketua Umum DPP Golkar di Wamena:
Memilih Presiden, GOLKAR Tak Ingin seperti Beli Kucing dalam Karung

WAMENA, (12/5) - Ketua Umum DPP Golkar Harmoko menegaskan bahwa dalam memilih presiden dan wakil presiden, Golkar tidak ingin seperti "membeli kucing dalam karung". "Golkar akan sepenuhnya mengacu pada kriteria, peraturan, ketentuan, serta perundang-undangan, dan mekanisme yang ada. Karena suksesi kepemimpinan nasional, bukanlah seperti membeli kucing dalam karung," katanya di hadapan massa Golkar di Wamena, Irian Jaya, Senin.

Bahkan, untuk pencalonan itu--nanti pada saatnya dan seba-gaimana lazimnya--, perlu ada pendekatan, yakni yang bersangkutan perlu ditanya, apakah bersedia dicalonkan atau tidak, kata Harmo-ko. Kampanye Golkar di Wamena didahului dengan penyematan pa-kaian adat oleh Ketua Dewan Adat Irian Jaya Nico Hubi dan Kepala Adat Suku Dani Amir Kigamuli.

Kepada Bung Harmoko dikenakan topi bulu burung Cenderawasih, selendang dan kalung. Ketika menjadi Ketua Umum PWI Pusat, Harmo-ko diangkat menjadi Kepala Suku Besar Jayawijaya dengan gelar Harmoko Har Bahorok.

Bung HarmokoSiang itu, semua kepala suku yang ada di Irian Jaya seakan ber-reuni dan bersama-sama naik ke panggung kampanye. Mereka menyambut Harmoko sebagai Kepala Suku Besar mereka. Di panggung para kepala suku itu menari-nari sebagai tanda suka cita atas kedatangan pemimpin mereka ke Lembah Baliem.

Sebelumnya, massa dari 274 desa di Lembah Baliem sejak sehari sebelumnya sudah mendatangi tempat kampanye. Mereka menga-dakan upacara bakar batu dan menyembelih ratusan ekor babi untuk pesta adat sebelum datang ke tempat kampanye. Mereka datang dengan berjalan kaki dari tempat-tempat yang jauh, dari gunung-gunung, lembah-lembah dan ngarai-ngarai semata-mata untuk menghadiri kampanye.

Artis Ibukota Charles Hutagalung dan Jack Marpaung yang diiringi kelompok band setempat Black Sweet menghibur massa. Hadir pada kampanye tersebut Jurkamnas Golkar Ny. Sri Harmoko, Mochtar dan Yorris Raweyai. Tampak juga hadir wakil Gubernur Irian Jaya Basyir dan Bupati Jayawijaya JB Wenas.

Tidak Etis
Harmoko mengatakan, ada berbagai pihak yang bertanya mengapa dalam kampanye Pemilu ini Golkar tidak mengungkapkan dan tidak menyebut nama calon presiden dan wakil presiden.

"Dengan tegas Golkar menyatakan bahwa menyebut nama calon presiden dan wakil presiden dalam kampanye adalah tidak etis dan tidak edukatif, bahkan dapat menyesatkan masyarakat pemilih bahwa seolah-olah prosesnya harus begitu," katanya disambut tepuk tangan riuh dari massa.

Dalam sistim Demokrasi Pancasila dan sistim ketatanegaraan Indonesia, orang tidak memilih presiden atau wakil presiden secara langsung seperti di Amerika, tegasnya.

"Golkar tetap konsisten dalam proses pencalonan presiden dan wakil presiden, yaitu melalui mekanisme konstitusi, yaitu melalui MPR. Pemilihan presiden dan wakil presiden menjadi kewenangan MPR. Yang menentukan dan menetapkan presiden dan wapres adalah anggota-anggota MPR hasil Pemilihan Umum dalam Sidang Umum MPR nanti tahun 1998," katanya.

Golkar akan menyebut calon presiden dan wapres nanti dalam Sidang Umum MPR 1998, bukan dalam kampanye sekarang. Dalam kampanye dewasa ini, katanya, Golkar lebih mengutama-kan program yang ditawarkan kepada rakyat untuk kepentingan kelangsungan dan kelanjutan pembangunan bangsa dan negara demi terwujudnya cita-cita nasional masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

"Rakyat memang gandrung pada program membangun bangsa dan negara ini," katanya sambil menyebut contoh bahwa Golkar mempunyai komitmen yang tinggi dalam meningkatkan pembangunan masyara-kat Irian Jaya.

Membangun Irian Jaya merupakan komitmen Golkar yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Presiden Soeharto, katanya, telah menginstruksikan pembangu-nan jalan dari Jayapura ke Jayawijaya sepanjang 500 Km yang disebut sebagai Trans Irian. Golkar mendesak pemerintah untuk membangun perkebunan kelapa sawit dan karet di sepanjang jalan tersebut.

"Irian Jaya bukan lagi raksasa yang sedang tidur, tetapi raksasa yang sedang bangun dan dinamis membangun untuk masa depan," ujar Harmoko disambut tepuk tangan massa dan teriakan "Hidup Golkar, Hidup Bung Har Bahorok!".

Jika industri kecil sampai industri berat di Irian Jaya dikembangkan, katanya, maka akan menampung lapangan kerja. Kekayaan alam Irian Jaya betul-betul luar biasa. Itu memerlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan pendi-dikan. "Golkar memperjuangkan anggaran pendidikan ditingkatkan dan dibangunnya sekolah-sekolah kejuruan di Irian Jaya," katanya. Harmoko yakin, rakyat Irja adalah rakyat yang membangun, bukan rakyat yang malas. Sebagai Kepala Suku Besar Irian Jaya, Harmoko meminta kepada rakyat untuk memenangkan Golkar, karena hanya dengan kemenangan Golkarlah Harmoko bisa memperjuangkan pembangunan dan rakyat Irja.

Acara kampanye hari itu diakhiri dengan pesta makan bersama.



Kembali ke Berita Harian