BERITA HARIAN |
Jakarta, ..............
Pengamat politik Dr. Amir Santoso merasa prihatin dengan banyakn-ya korban yang jatuh akibat pelaksanaan kampanye yang menjurus brutal dan menimbulkan berbagai kerusuhan di berbagai daerah. Menur-utnya kendati telah ada pengaturan hari-hari kampanye bagi masing-masing OPP, di beberapa daerah terjadi pemukulan-pemukulan disertai perusakan yang akhirnya merugikan masyarakat.
Amir menilai apa yang dilakukan peserta kampanye hanya keliling-keliling sambil teriak-teriak, yang pada akhirnya menimbulkan keru-suhan. ''Kampanye model pengumpulan massa selalu menimbulkan trage-di. Hal ini bisa juga disaksikan di luar negeri, seperti di India misalnya, pengumpulan massa berakhir dengan kerusuhan,'' tuturnya di DPP GOLKAR, Senin (12/5), menanggapi pelaksanaan kampanye yang telah berjalan selama ini.
Model kampanye yang begini ini menurut Amir Santoso perlu diting-galkan karena tidak membawa manfaat sama sekali, apalagi dikaitkan dengan pendidikan politik bagi rakyat. ''Tidak ada korelasinya antara banyaknya orang berkampanye dengan pemilu itu sendiri,'' tegasnya seraya dia tambahkan bahwa dalam kaitan pendidikan politik, pesan-pesan kampanye itu sendiri tidak sampai.
Diakuinya muncul pendapat agar pelaksanaan kampanye dikurangi hingga hanya 15 hari, namun persoalan selama kampanye masih brutal dan mengarah kerusuhan tetap saja tidak bermanfaat. ''Menurut saya, sebaiknya model kampanye yang begini dihapus, digantikan dengan model-model yang bisa dirasakan manfaatnya bagi rakyat,'' ujarnya.
Dia berpendapat agar setiap OPP lebih menekankan pada sosialisasi program-program sehingga rakyat bisa menilai mana yang bermanfaat bagi mereka. Kalau hanya mengandalkan model kampanye sekarang ini, hanya menimbulkan kesenangan sesaat, dimana orang berkampanye karena ikatan primordial atau emosional belaka. Kita ingin kampanye yang membuat masyarakat itu matang secara politik, bukan karena ikatan emosional.
Menjawab pertanyaan soal massa mengambang (floating mass), Amir menilai konsep itu sendiri bagus karena membuat masyarakat punya kesadaran, tidak terikat dengan ikatan tradisional dan emosional. Kalau proses sosialisasi program berjalan dengan baik, nantinya terserah masyarakat menentukan mana yang terbaik dari ketiga OPP itu.
Pihaknya setuju dengan pendapat kampanye sekarang menumbuhkan gairah politik, persoalannya kalau diwujudkan dengan bentuk perusa-kan, hal ini menjadi kurang baik. Sebagai konsep awal pihaknya menganggap perlu adanya kehendak politik (political will) bersama. Selanjutnya perlu dipikirkan mekanismenya yang harus dirundingkan ketiga OPP bagaimana proses sosialisasi itu dilaksanakan.
Amir Santoso mengambil contoh di negara-negara yang sudah maju para senator datang ke daerah-daerah dalam rangka kampanye atau temu kader. Soal biaya yang besar menurutnya ini persoalan masing-masing OPP. ''Mereka (OPP) ingin mandiri tapi masih minta dana kepada pemerintah. Selama lima tahun kesempatan bagi OPP untuk mensosiali-sasikan program-program partainya,'' tegasnya seraya dia tambahkan kesemuanya tergantung kualitas pimpinan masing-masing OPP dalam menggalang dana.
Kembali ke Berita Harian