BERITA HARIAN


Prof Sarlito S Wirawan:
'Perlu Kesepakatan OPP Hentikan Putaran Kampanye'

Perlu kesepakatan OPP untuk menghentikan putaran kampanye selanjutnya karena sekarang ini nampak massa kampanye sudah menjurus ke arah brutal. ''Bisa dilaksanakan kampanye namun harus ada upaya massa tidak mempunyai kesempatan untuk turun kejalan," kata Sarlito Wirawan Sarwono didampingi Ketua Departemen Litbang DPP Golkar Din Samsudin, di Kantor DPP Golkar, Jumat (16/5). Sarlito Wirawan Sarwono mengatakan, masyarakat sekarang ini dalam puncak ketakutan bila ada OPP melaksanakan kampanye monolo gis, karena bila bertemu di jalan raya, takut akan dikerjain massa OPP.

Kalau memang harus dilaksanakan kampanye model monologis yang mengundang kerawanan, supaya sistem keamanan dibalik harus mengedepankan pamtaksung yaitu TNI AD, karena dengan kekuatan polisi yang ada sekarang ini tidak memadai untuk mencegah massa. ''Posisi pamsung seperti Polisi ini memang agak sedikit serba salah, mereka mau menindak harus melalui proses panjang, sehingga massa keburu timpuk menimpuk. Berbeda dengan Pamtaksung seperti TNI AD, mereka bisa dengan cepat mencegah dan memecah massa sebelum terbentuk massa yang lebih besar lagi,'' kata Sarlito.

Menjawab pertanyaan tentang asumsi masyarakat bahwa kampanye itu identik dengan turun ke jalan, menurut pakar psikologis massa ini, hal itu bisa dicegah dengan cara masyarakat diberikan kesa daran bahwa kampanye itu tujuannya untuk menawarkan program. ''Namun memang selama ini masyarakat kita masih belum sampai ke arah kampanye yang menawarkan program. Sekarang inikan kebanyakan hura-hura atau saling jegal menjegal tanda gambar di jalan. Sehingga yang nampak adalah emosional daripada rasional,'' ujarnya.

Ditanya bila pamtaksung diturunkan maka luar negeri akan menilai kampanye di Indonesia rusuh, menurut Sarlito sekarang ini perlu dikesampingkan pandangan orang dari luar. ''Hal yang utama saat ini adalah menjaga stabilitas nasional, jangan sampai terja di kerusuhan ini berlanjut yang akhirnya menciptakan kembali Kerusuhan 27 Juli yang bukan lagi di wilayah Jakarta, melainkan seluruh Indonesia,'' katanya.

Melihat situasi massa yang ikut berkampanye maka mereka itu mudah emosional, mudah sekali terangsang melakukan kegiatan yang destruktif dengan sasaran bisa kemana-mana. Kadang seseorang yang berada di rumah dengan temperamen dingin, bila ketemu massa ini bisa beringas. Makanya perlu antisipasi dari pamtaksung untuk bisa menceraikan massa ini untuk tidak terbentuk menjadi suatu kekuatan yang destruktif. ''Kampanye yang ada sekarang ini baru pada tahap hura-hura, belum pada pola pikir dan daya nalar, sehingga mudah sekali disulut untuk kearah brutal,'' katanya.

Din Syamsuddin menambahkan gagasan mengenai penghentian kampanye ini patut menjadi bahan pertimbangan bagi pihak penye lenggara pemilu. Namun, menjelang akhir-akhir masa kampanye ini pihaknya berharap bisa belangsung dengan baik sampai akhir masa kampanye. ''Hindari pengerahan massa untuk mencegah terjadinya kebrutalan yang bisa merugikan semua pihak terutama masyarakat. Dalam kaitan ini Golkar minta aparat keamanan untuk bertindak lebih tegas. Kalau peraturan yang ada itu betul-betul ditaati oleh semua OPP, persoalan kebrutalan ini bisa terhindarkan,'' katanya. ***



Kembali ke Berita Harian