BERITA HARIAN |
Ketua Umum DPP Golkar Haji Harmoko optimis, perolehan suara Golkar dalam Pemilu 1997 akan melampaui perolehan Pemilu 1992, bahkan diharapkan dapat melampaui target 70.02 yang dicanangkan Rapim III Golkar 1996. Optimisme itu muncul setelah ia melakukan kampanye di lebih 22 propinsi dengan melihat antusiasme massa Golkar yang senantiasa melimpah ruah, hadir dalam kampanye dengan tulus menyimak program-program Golkar, dan menyambutnya dengan tanpa basa-basi. Selain itu juga karena Golkar mampu menyampaikan program sesuai dengan aspirasi rakyat, mudah dicerna karena menggunakan bahasa yang terang yang dapat ditangkap dengan daya nalar rakyat. "Termasuk di Kotamadya Ambon ini, kampanye yang dihadiri oleh sekitar 80.000 orang," kata Harmoko menjawab wartawan di Ambon, sebelum .bertolak kembali ke Jakarta, Minggu sore (18/5).
Mengemukakan hasil pantauannya, Harmoko mengatakan, putaran kampanye Golkar dari Sabang sampai Merauke memberikan kesimpulan bahwa ternyata Golkar diterima dan dicintai rakyat karena Golkar mampu tampil dengan program-program yang sesuai dengan aspirasi rakyat. Ini menunjukkan, kesimpulan DPP Golkar bahwa mayoritas rakyat akan memberikan dukungan kepada Golkar dengan mencoblos Golkar pada Pemilu 29 Mei mendatang, merupakan kesimpulan yang benar. Fakta-fakta di lapangan dalam kampanye-kampanye yang telah dilaksanakan Golkar, baik kampanye monologis maupun dialogis, memberikan optimisme bahwa perolehan suara Golkar dalam Pemilu mendatang akan mampu melebihi target yang ditetapkan oleh Rapimm III Golkar Oktober 1996.
Dalam kampanye-kampanye, demikian Harmoko, selain antusiasme, juga tampak bahwa kecintaan rakyat terhadap Golkar tidak bisa diragukan lagi, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. "Ini menunjukkan bahwa program Golkar itu bertahta di hati rakyat dan memang selama ini Golkar berakar di hati rakyat. Dan saya bisa menyimpulkan bahwa dalam Pemilu 1997 ini perolehan suara Golkar diatas Pemilu 1992 lalu," ujarnya.
Optimisme ini didasarkan kapada fakta-fakta yang ada di daerah-daerah. "Bukan main antusiasme dan perasaan yang ditunjukkan rakyat itu bukan basa basi, tetapi betul-betul tulus," kata Harmoko. Rakyat dalam kampanye-kampanye hadir mendengarkan program Golkar sehingga mencapai apa yang dimaksud dengan pengembangan pendidikan dan komunikasi politik di tanah air ini.
Tolak Politisasi Agama
Dalam kampanye monologis di Stadion Merdeka Ambon, Harmoko menegaskan, Golkar menolak politisasi agama, yakni menjadikan agama hanya sebagai alat politik, baik dalam bentuk pembenaran kegiatan dari sudut agama maupun menjadikan agama sebagai basis solidaritas politik yang sektarianistik. Golkar memandang, politisasi agama tidak sesuai dengan prinsip agama itu sendiri.
Dalam kaitan hubungan agama dengan politik, Golkar memilih pendekatan yang menekankan isi dari pada bentuk, yaitu mengedepankan nilai etik dan moral agama untuk disumbangkan bagi kehidupan politik, bukan menonjolkan simbol dan perlambang agama, dan apalagi memanipulasi simbol dan perlambang tersebut untuk kepentingan politik.
Dalam kampanye tersebut, Harmoko juga mengemukakan dukungan Golkar untuk memperjuangkan Pulau Buru agar menjadi kabupaten, dan mendukung dilaksanakannya seribu program di Maluku. "Karena Maluku ini juga dikenal sebagai propinsi seribu pulau, maka Golkar mencanangkan dilaksanakannya seribu program bagi propinsi ini," katanya.
Seribu program itu tidak lain adalah program di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. "Karena apa, kalau kita sadar di Maluku ini ada seribu pulau, maka ada seribu pintu yang harus kita jaga. Oleh karena itu, ikan yang dicuri itu, kalau dinilai dengan uang sebesar Rp 1,2 trilyun per tahun. Itu yang harus kita jaga," ujarnya.
Karena itu, Golkar memadukan prinsip untuk menjaga kekayaan laut kita, supaya tidak dicuri, dan memanafaatkan hasil perikanan itu untuk digunakan semanfaat mungkin bagi kepentingan rakyat di Maluku.
Dalam kampanye yang dihadiri Jurkamnas Golkar Bram Tuapattinaya, Freddy Latumahina, dan Yoseano Waas, serta Ketua PPD I Maluku H Akib Latuconsina tersebut, Harmoko mengemukakan, Golkar memilih pendekatan substansiasi agama ke dalam politik, yakni memperjuangkan agar nilai etik dan moral agama dapat mewarnai kehidupan politik, serta kehidupan pembangunan yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila.
Menurut Harmoko, walaupun Golkar tidak pernah mengaitkan diri dengan agama secara formal dan tidak pernah menyebut diri sebagai orsospol keagamaan, dalam perjuangan dan kiprahnya Golkar tidak pernah berhenti berbuat nyata untuk kepentingan agama dan umat beragama. Kiprah Golkar untuk membangun kehidupan beragama merupakan pengejawantahan dari prinsip karya dan kekaryaan Golkar. Prinsip ini senafas dengan prinsip agama tentang amal soleh, yakni bahwa iman harus dijelmakan dalam amal dan perbuatan nyata.
Bagi Golkar, demikian Harmoko, agama bukan hanya untuk diperkatakan, tetapi untuk diamalkan dan dilaksanakan. Sekurang-kurangnya, selama ini Golkar telah berhasil mendorong kehidupan beragama melalui 4 cara. Pertama, pencapaian suasana kehidupan beragama serta tri kerukunan hidup bergama yang makin semarak dan mendalam. Kedua, pembangunan sarana dan prasarana keagamaan, seperti tempat-tempat ibadah, sekolah-sekolah, dan fasilitas keagamaan lainnya. Ketiga, pengadaan dan penyebarluasan kitab-kitab suci dan literatur-literatur keagamaan. Keempat, peningkatan usaha-usaha penyelengaraan ibadah haji bagi umat Islam.
Dalam rangka meningkatkan peran agama dalam kehidupan bangsa, pada Sidang Umum MPR 1993 lalu, Golkar telah berhasil memperjuangkan dimasukkannya dalam GBHN masalah Keimanan dan Ketaqwaan sebagai asas pertama dari asas-asas pembangunan nasional. "Hal itu karena kita melihat, agama adalah landasan spiritual, etik dan moral bagi pembangunan, ujar Harmoko.
Untuk terus meningkatkan kehidupan beragama ke arah yang lebih semarak dan lebih dalam, dalam SU MPR 1998 mendatang Golkar tidak ingin mengubah asas pembangunan tersebut, bahkan Golkar akan meningkatkan dan mengembangkannya. "Kita berharap, dengan pengembangan terus kadar keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan bangsa Indonesia akan memiliki ketahanan nasional yang kuat, yang siap menghadapi tantangan kehidupan global di masa mendatang," kata Harmoko. (Media Center)
Kembali ke Berita Harian