BERITA HARIAN |
Bung Harmoko yang didampingi Ketua Korwil VI Pinantun Hutasoit, merasa perlu untuk menjawab pertanyaan bagaimana GOLKAR menyikapi perubahan tersebut. GOLKAR sama sekali bukan anti perubahan, karena bagi GOLKAR perubahan adalah merupakan hukum alam yang tidak dapat dielakkan, katanya.
Bahkan sebuah ungkapan mengatakan bahwa segala sesuatu itu berubah, kecuali perubahan itu sendiri Perubahan niscaya terjadi dalam kehidupan manusia atau masyarakat. Namun masyarakat mempunyai pandangan tentang perubahan dan bagaimana mewujudkannya.
Di dunia ini, katanya, ada dua konsep tentang perubahan dan strategi perwujudannya. Yang pertama adalah perubahan instan yaitu perubahan yang diharapkan terjadi secara cepat dalam waktu singkat, seperti bimsalabim, Perubahan instan ini sering dikaitkan dengan strategi yang bersifat radikal atau fundamental, yaitu mengubah tatanan yang ada hingga ke akar-akarnya.
Perubahan instan radikal ini berdampak pada pembumi hangusan atau pada pembongkaran tatanan kehidupan masyarakat yang sudah ada atau yang sudah mapan (status quo).
Konsep kedua, lanjut Harmoko, adalah perubahan yang bersifat konstan yaitu konsep perubahan yang berlangsung tetap dalam fase waktu tertentu secara bertahap atau gradual. Perubahan ini menuntut strategi perubahan secara sistematis. "GOLKAR menolak perubahan cara pertama dan memilih perubahan cara kedua. Artinya, GOLKAR tidak menginginkan perubahan instan radikal, melainkan memilih perubahan konstan dan bertahap," tegasnya.
"Akibatnya, semua padi di lumbung hangus terbakar dan pemiliknya harus kehilangan semua bahan makanan pokoknya. Itu tidak kita harapkan," katanya.
Harmoko juga mengatakan, proses pembangunan yang berlanggung dari Pelita ke Pelita adalah proses perubahan yang bersifat konstan. Ternyata itu telah meningkatkan kehidupan masyarakat. Pembangunan yang digerakkan pemerintah Orde Baru yang didukung oleh kader-kader GOLKAR telah menunjukkan hasil-hasilnya.
"Perubahan yang konstan itu ternyata telah membawa peningkatan harkat dan martabat rakyat secara sistimatis dan meyakinkan,'' kata Harmoko tampak berapi-api.
Karena atu, lanjut Harmoko, masyarakat khususnya generasi muda diharapkan tidak terpesona oleh perubahan yang tidak jelas. GOLKAR tidak menginginkan perubahan untuk sekedar perubahan, tapi perubahan untuk kemajuan dan peningkatan kesejahteraan.
GOLKAR menilai perubahan itu harus memiliki irama. Iramanya itu adalah Pancasila. Perubahan itu juga harus memiliki landasan, landasannya itu adalah UUD 1945," katanya.
Harmoko memberi contoh, banyak negara yang melakukan perubahan secara radikal sehingga memporak porandakan
dirinya sendiri. Misalnya, bisa kita lihat sendiri, di mana banyak negara yang mengadakan perubahan secara radikal
hasilnya adalah disintegrasi bangsa," ujarnya seraya mengingatkan bahwa masalah itu terlalu mahal harga yang harus
dibayar. ***
Jakarta, 4 Mei 1997
Ketua Dept. Galum Massmed
Bappilu GOLKAR Pusat
H. Sofjan Lubis.
Kembali ke Berita Harian