BERITA HARIAN



Kampanye Dialogis GOLKAR di TVRI, Senin Malam (5/5) pukul 19.30

MEMBANGUN KEHIDUPAN BERAGAMA DENGAN KARYA KEBAJIKAN

Agama, yang bagi GOLKAR adalah sesuatu yang sangat penting dan harus dipentingkan dalam masyarakat, harus diwujudkan dalam kehidupan nyata melalui karya kebajikan yang kongkret. Agama tidak hanya diperkatakan,, tapi untuk diperbuatkan. Karena sesuai dengan firman Allah dalam kitab suci, "...Adalah kehinaan besar jika engkau hanya pintar memperkatakan perbuatan, tapi tidak pandai memperbuatkan perkataan itu..."

Oleh sebab itu, kata Ketua DPP GOLKAR H. Ismael Hassan saat menjadi jurkam dalam kampanye dialogis di TVRI Senen malam (5/5), GOLKAR bersyukur ke hadirat Allah swt bahwa melalui proses pembangunan yang dipelopori para kadernya selama ini, GOLKAR telah dapat berbuat secara nyata bagi kepentingan umat beragama, yaitu dengan membangun sarana tempat ibadah, sarana dan prasarana pendidikan keagamaan, memperbanyak kitab-kita suci dll. Semua itu dalam rangka meningkatkan syiar agama, serta mengembangkan kesemarakan dan kedalaman beragama.

Sebagai gambaran nyata konsep pembangunan kehidupan keagamaan dengan karya-karya kebajikan yang dikembangkan oleh GOLKAR serta masyarakat pendukung Orde Baru lainnya, Bung Ismael memaparkan bahwa sebelum Orde Baru kita hanya memiliki 220 ribu masjid dan mushola. Kini kita punya 665.021 masjid dan mushola. "Naik 300 persen!" kata Ismael Hassan disambut tepuk tangan hadirin. Belum lagi, lanjutnya yang dalam kesempatan itu didampingi Prof. Prof. Dr. Zakiah Darajat, masjid dan mushola yang telah dan akan terus dibangun oleh Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang dipimpin H. Muhammad Soeharto.

Yang mengalami peningkatan tajam pun bukan hanya sarana ibadah untuk agama Islam, melainkan sarana peribadatan untuk agama-agama lain juga. Bila dulu gereja Protestan hanya ada 13.449, kini meningkat menjadi 30.753 gereja. Demikian pula gereja Katolik, dari 2.588 kini naik menjadi 13.648 gereja. Pure dari 15.063 melonjak menjadi 21.332 dan vihara dari 520 menjadi 3.945 buah.

Itu adalah gambaran tentang tempat ibadah. Sedang untuk pencetakan kitab suci, Pemerintah Orde Baru telah mencetak: 4.389.367 Kitab Suci untuk umat Islam, sebanyak 439.291 kitab suci umat Protestan, 374.788 kitab suci umat Katolik, 280.397 kitab suci umat Hindu dan 186.615 kitab suci umat Budha.

Melihat suasana dan kondisi seperti ini GOLKAR merasa sangat gembira dan bersyukur karena konsep kerukunan beragama yang diperjuangkan GOLKAR berjalan dengan baik, dan mampu memberikan sumbangan nyata pada persatuan dan kesatuan bangsa kita yang majemuk ini, yang pada gilirannya merupakan modal paling penting dalam membangun stabilitas nasional.

Menjawab pertanyaan bagaimana peran GOLKAR dalam menciptakan iklim kehidupan beragama mengingat munculnya beberapa peristiwa kerusuhan yang mengesankan keharmonisan hubungan antarumat beragama mulai goyang, Ismael Hassan mengatakan sampai detik ini GOLKAR tidak melihat adanya konflik keagamaan di kalangan umat beragama di Indonesia. Bila muncul kesan seolah ada konflik antarumat beragama di masyarakat, bisa dipastikan itu bukan akibat hubungan di antara umat beragama tidak harmonis, tetapi, sebagaimana telah dibuktikan aparat penegak hukum, memang ada oknum-oknum yang ingin merusak suasana harmonis di antara umat beragama di Tanah Air.

Ketika penanya lain meminta contoh kongkret mengenai naiknya kualitas kehidupan beragama yang sebanding dengan hasil pembangunan yang dijalankan GOLKAR di bidang fisik-material, jurkam lain Prof. Dr. Zakiah Darajat mengemukakan bahwa hal itu bisa dilihat dari perjalanan ibadah haji bagi umat Islam. Sebelum Orde Baru, jumlah jemaah haji setiap tahun sekitar 20.000 jemaah. Berkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi, yang sejalan dengan pembangunan di bidang kualitas kehidupan beragama, khususnya bagui umat Islam, jumlah jemaah haji Indonesia tiap tahunnya terus meningkat. Bahkan pada tahun 1997 ini, jemaah Indonesia mencapai 200.000 jemaah.

Dalam masalah kehidupan umat beragama, lanjut Bung Ismael, perjuangan GOLKAR sangat kongkret, jelas dan mendasar, yakni memasukkannya dalam GBHN dan UU Pendidikan Nasional. Jika pada GBHN 1993 lalu GOLKAR telah berjuang dan berhasil memasukkan keimanan dan ketakwaan sebagai landasan spiritual, etik dan moral bagi pembangunan, maka pada GBHN yang akan datang GOLKAR bertekad memasukkan konsep akhlak. "Sekali lagi konsep akhlak sebagai salah satu pikiran pokok dalam pembangunan kualitas kehidupan beragama," tegas Ismael.



Kembali ke Berita Harian