Media
JAKARTA - Fenomena kutu loncat dalam partai politik dinilai menjadi keprihatinan bangsa. Sebabnya, politisi semacam ini dianggap merugikan bangsa karena justru menunjukkan karakter-karakter wakil rakyat yang lebih haus kekuasaan, daripada memperjuangkan ideologi.
"Itu yang menjadi keprihatian kita, juga bangsa kita, karena itu akan semakin memperkuat dugaan rakyat selama ini, bahwa elite-elite itu hanya ingin kekuasaan, tidak ada sebuah perjuangan ideologi," ujar Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Idrus Marham, di Jakarta, Senin (23/7/2012).
Lebih lanjut, Idrus menyebut bahwa fenomena kutu loncat tidak menjadi ancaman bagi Partai Golkar. "Ini bukan ancaman bagi Golkar, tapi bagi bangsa. Kalau orang pindah partai tanpa terikat ideologi, ini berbahaya," dalihnya.
Idrus berpendapat, karakter berpolitik seharusnya berjuang untuk menggapai cita-cita atau ideologi dan bukannya demi kekuasaan atau yang biasa disebut 'kursi' di parlemen. Para politisi yang berkarakter demikian, menurut Idrus, pasti tidak akan tergoda untuk menjadi kutu loncat dengan iming-iming modal besar atau kekuasaan.
"Kalau orang berpolitik sebagai ideologi atau cita-cita, ia tidak akan pernah bergerak atau tergoda dengan iming-iming Rp 5 atau 10 miliar itu. Dan karena itu juga sekali lagi saya tekankan, panduan politik kita adalah ideologi, bukan hanya mau duduk di DPR, bukan hanya mau jadi menteri," tandas Idrus.
Sebelumnya diberitakan, Partai NasDem mengklaim menggaet 37 anggota DPR RI dari berbagai parpol. NasDem memang menawarkan modal caleg antara Rp 5-10 miliar. Menurut Ketua Umum Partai NasDem Patrice Rio Capella, mayoritas anggota DPR yang akan hengkang kerap nongol di televisi. Hingga kini nama-nama mereka masih ditutupi alias misterius.
Hal ini memicu beragam tanggapan dari partai politik, ada yang mengaku tenang karena yakin tidak adanya kadernya yang menjadi kutu loncat, namun ada juga yang mendesak agar NasDem membeberkan nama-nama politisi yang jadi kutu loncat tersebut. []
Sumber: Detik.com