Belakangan ini muncul berbagai berita di media massa terkait dengan nama-nama calon presiden (capres) yang diusung dalam pemilihan Presiden RI pada 2014-2019. Di antara sejumlah nama capres terdapat nama Ir Aburizal Bakrie (ARB) yang kini menjadi Ketua Umum DPP Partai Golkar. Terdapat banyak informasi yang simpang siur terkait dengan proses pencalonan yang masih panjang. Yang jelas, hampir semua DPD tingkat provinsi, beserta kekuatan lain seperti SOKSI, Ormas MKGR, Kosgoro 1957, AMPI, AMPG, KPPG, MDI dan lain-lain mendukung ARB sebagai capres.
Begitu juga sejumlah pertemuan DPD-DPD I Partai Golkar, baik di Balikpapan, Banjarmasin, Bali, maupun Yogyakarta. Semuanya berujung kepada dukungan tunggal, sekaligus permintaan agar ARB bersedia menjadi capres. Dilihat dari aspek (elite) internal itu, tentulah prosesnya berlangsung mulus. Hanya saja, masih ada sejumlah agenda.
Pertama, keputusan resmi pencalonan ARB sebagai Presiden RI akan dilakukan dalam Rapimnas Golkar tahun 2012, akhir bulan Juni 2012. Menjelang bulan itu, kader dan simpatisan Partai Golkar di pelbagai tingkatan melakukan program karya dan kekaryaan yang bermanfaat bagi masyarakat. Mesin partai dilumaskan sehingga mampu berjalan pada saat yang tepat.
Kedua, sementara proses itu terjadi, Partai Golkar akan mengadakan survei terkait dengan elektabilitas Golkar, termasuk nama-nama yang dimasukkan sebagai calon presiden. Terdapat dua kategori nama, yakni dari internal dan eksternal Partai Golkar. Nama-nama itu tentu juga termasuk pasangan cawapresnya.
Ketiga, setelah proses itu disepakati, dengan sendirinya tim resmi kampanye bakal capres dan cawapres Partai Golkar itu dibentuk. Mengapa masih “bakal capres-cawapres”? Karena secara resmi, prosesnya belum mengikuti kalender yang disusun oleh Komisi Pemilihan Umum (KPY). Penetapan oleh KPU pun tergantung pada hasil pemilu legislatif April 2014.
Jadi, secara keseluruhan, belum ada proses pilpres yang terjadi sepanjang tahun 2012 ini. Hiruk-pikuk yang berkembang di media massa, seolah-olah pilpres terjadi pada tahun 2012, sama sekali di luar jangkauan dan agenda Partai Golkar. Pilpres 2012 hanya terjadi di AS, bukan di Indonesia. Partai Golkar tentu akan melihat dengan serius perjalanan Pilpres 2012 di AS itu, serta tentu belajar banyak untuk mendapatkan perspektif internasional.
Sekalipun terdapat sejumlah “tim sukses” dalam proses pencalonan ARB, itu pun sah-sah saja. Sebagian besar tim-tim itu adalah bentuk dari partisipasi politik, berdasarkan pelajaran dalam dua kali pilpres sebelumnya. Partai Golkar dianggap mengalami “keretakan” di kalangan elite selama Pilpres 2004 dan Pilpres 2009. Sedini mungkin, proses politik yang sekarang adalah bagian dari usaha menghindari itu.
Namun, bisa juga dikatakan bahwa Partai Golkar mengalami semacam “pilpres mini”, sebelum keputusan diambil lewat Rapimnas 2012. Pilpres mini ini lebih kepada kerja keras seluruh jajaran partai untuk menaikkan elektabilitas, baik partai maupun ARB sendiri. Sejumlah masalah sudah dipetakan, baik lewat media massa maupun yang disampaikan dalam dokumen-dokumen resmi partai.
Masalah yang muncul dari internal partai tentu sudah mendapatkan antisipasi cukup, mengingat proses konsolidasi telah dilakukan secara terus-menerus. Sementara yang datang dari eksternal memperoleh proses pendalaman dari jajaran partai, termasuk Balitbang DPP Partai Golkar. Dengan kebebasan media seperti sekarang, di mana siapa pun bisa menulis beritanya sendiri lewat media sosial sampai pesan pendek, masalah yang kecil bisa dibesar-besarkan. Sebaliknya, masalah besar bisa dikecilkan.