media
Pidato
Pidato Kebangkitan Nasional dan pembukaan Munas SOKSI
24. Juni 2010 - 12:35
Bogor, 20 Mei 2010
Pertama-tama saya ingin mengajak saudara-saudara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Besar. Bangsa Indonesia telah diberi rahmat dan hidayah, sehingga pada hari ini, 20 Mei 2010, kita dapat memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang ke-102.
Kita juga patut bersyukur bahwa Munas SOKSI ke-9 dirayakan bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Semoga hal ini mengisyaratkan bahwa di hari-hari mendatang SOKSI akan melangkah semakin maju, meneruskan proses regenerasi, serta memberikan kontribusi maksimal kepada bangsa.
Saya berharap agar SOKSI, sebagai bagian penting dari kekuatan Partai Golkar, akan terus melangkah bersama dengan kekuatan lain di partai kita, untuk merebut kejayaan di masa depan, bagi SOKSI, bagi Golkar, serta bagi Indonesia sebagai negeri yang membanggakan kita semua.
Saudara-saudara yang saya muliakan
Hadirin yang berbahagia
Satu abad yang silam, tokoh-tokoh besar dalam sejarah kebangsaan kita, seperti dr. Tjipto Mangunkusumo, dr. Sutomo, dr. Wahidin Sudirohusodo, HOS Tjokroaminoto, serta Douwes Dekker, merumuskan sebuah ide, yang kemudian ternyata menjadi sebuah gagasan yang revolusioner. Secara perlahan tapi pasti, gagasan ini menggerakkan pemuda dan elemen masyarakat di Hindia Belanda, salah satunya dengan membentuk organisasi Budi Oetomo. Mereka bergerak mencapai sebuah tujuan besar yang sama, yaitu pembentukan sebuah bangsa yang satu dan merdeka di tanah jajahan Belanda.
Generasi dr. Tjipto telah mempersembahkan kepada kita sebuah kemungkinan baru, sebuah aspirasi untuk mempersatukan begitu banyak suku, adat, daerah, dan kerajaan yang ada di Nusantara dalam sebuah semangat kebangsaan yang sama.
Aspirasi baru ini kemudian diteruskan oleh generasi yang lebih muda di tahun 1920an, yang mencapai titik kulminasi pada 28 Oktober 1928, dengan dicanangkannya Sumpah Pemuda: satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa. Di ujung proses panjang ini, setelah perjuangan politik, perjuangan bersenjata, serta kiat diplomasi dunia yang brillian dari the founding fathers, Indonesia akhirnya merebut kemerdekaan pada 1945, dan memulai dua hal sekaligus, yaitu pembangunan nation dan penguatan state.
Itulah sebuah kerja raksasa, nation-state building, pembangunan negara-bangsa Indonesia yang sampai hari ini pun masih harus terus kita lanjutkan, kita perkuat, serta kita kembangkan sesuai dengan tantangan zaman.
Kita bersyukur bahwa generasi dr. Tjipto, dr. Sutomo, dr. Wahidin dan HOS Tjokroaminoto telah mengawali sebuah kerja besar, tonggak sejarah kebangkitan bangsa Indonesia. Kita harus terus merawat warisan mulia ini. Indonesia harus terus mewarisi semangat, tekad, dan kehendak untuk bersatu, untuk bangkit menjadi sebuah bangsa yang mandiri, sebuah bangsa yang merdeka, maju, toleran dan modern.
Saudara-saudara yang saya muliakan
Hadirin yang saya hormati
Setiap generasi harus bertanya, apa yang dapat mereka sumbangkan kepada generasi penerus. Dr. Tjipto dan kawan-kawan telah mengawali dengan sebuah konsepsi kebangsaan, generasi Sukarno-Hatta telah mewujudkan konsepsi itu menjadi sebuah kenyataan, serta generasi Soeharto telah mewariskan — betapapun berisi banyak kelemahan – sebuah Indonesia dengan pemerintahan dan ekonomi yang mulai menguat.
Kini kita sekarang bertanya, generasi kepemimpinan Indonesia saat ini, apa yang dapat kita sumbangkan bagi generasi penerus? Apa karya dan kerja kita yang akan terus dikenang dengan penuh syukur dan rasa hormat? Indonesia 100 tahun ke depan harus menjadi sebuah negeri yang jauh lebih baik, dan semua itu terjadi karena kerja dan karya yang kita lakukan saat ini.
Karena itu semua, saya mengajak setiap lapisan kepemimpinan sekarang untuk berkerjasama, bahu membahu, membangun Indonesia yang lebih baik. Marilah kita letakkan kepentingan bangsa di atas segala-galanya. Jika pertaruhannya adalah kepentingan dan masa depan Indonesia, maka kotak-kotak kepentingan politik harus melebur menjadi satu kesatuan yang saling membantu, satu kesatuan untuk mencapai cita-cita dan harapan yang sama.
Saudara-saudara yang saya muliakan
Hadirin yang saya hormati
Salah satu pencapaian kita yang patut dibanggakan adalah fakta bahwa betapapun sulit dan kompleksnya, Indonesia telah menjadi sebuah negara demokratis – negara demokrasi ke-4 terbesar di dunia, setelah AS, Rusia, India. Hal ini telah membuat Indonesia mendapat apresiasi dan pengakuan dari berbagai belahan dunia.
Tantangan terbesar sekarang adalah merawat demokrasi kita, serta menunjukkan kepada segenap masyarakat — yang kaya dan yang miskin, yang kuat maupun yang lemah, yang hidup di Jawa maupun yang tersebar di begitu banyak daerah dan kepulauan – bahwa demokrasi sanggup mengangkat kesejahteraan mereka. Kita harus membuktikan bahwa democracy delivers the golden eggs, bahwa demokrasi sebagai sebuah sistem politik mampu membuka kemungkinan bagi pencapaian kemajuan, bagi tingkat pendidikan yang lebih tinggi, bagi pembangunan infrastruktur yang lebih baik serta bagi peningkatan taraf hidup yang dirasakan oleh segenap kalangan di semua wilayah Indonesia.
Itulah tugas pokok kita, dan semua itu bukanlah hal yang mudah. Di dunia kepartaian dan lembaga parlemen, demokratisasi telah memunculkan kembali gejala lama yang menjadi karakteristik politik tahun 1950an, yaitu fragmentasi politik yang agak ekstrem. Representasi politik terbagi dalam spektrum yang terlalu luas, sehingga di parlemen tidak satu pun kekuatan atau partai yang ada mampu menjadi kekuatan mayoritas. Partai dengan pencapaian suara terbesar hanya memperoleh 21 persen, sementara 5 partai lainnya tersebar dalam pembagian kecil di bawah 10 persen dukungan suara.
Kita menerima fragmentasi tersebut sebagai cerminan pluralisme pilihan rakyat. Tetapi di lain pihak, fragmentasi ekstrem tersebut sangat menyulitkan dan menjadi beban yang menghambat jalannya pemerintahan yang efektif. Proses perumusan dan eksekusi kebijakan menjadi tidak pasti, terlalu kompleks, dengan begitu banyaknya percabangan serta permutasi kepentingan yang bersifat ad hoc, seketika, temporer, yang terjadi lebih ditentukan oleh issues of the day, naik turunnya opini publik, maju mundurnya demonstrasi di berbagai kota, serta peristiwa-peristiwa yang muncul secara dadakan.
Politik adalah masalah pengelolaan kekuasaan. Demokrasi membutuhkan power yang memadai agar efektif. Karena itu jika tidak terjadi penyatuan-penyatuan kekuatan yang memadai, maka demokrasi cenderung menjadi panggung yang ramai tetapi tanpa alunan musik yang jelas.
Semua serba mengalir, dan kadang memanas serta bergemuruh, tetapi semua ini tanpa arah yang pasti, tanpa pertautan langsung dengan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat yang riil.
Kalau dibiarkan, hal ini akan mengikis legitimasi demokrasi serta menjadikan pemerintahan yang dipilih rakyat terus terombang ambing tanpa terobosan kebijakan yang diperlukan bagi percepatan kemajuan dan peningkatan kemaslahatan bersama. Pertaruhannya adalah masa depan Indonesia, masa depan anak-anak kita yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Inisiatif baru diperlukan, berupa kiat politik baru untuk merapatkan barisan, menggabungkan kekuatan, agar tercapai dua hal sekaligus, yaitu kepastian dan pola yang stabil di parlemen, serta perumusan maupun eksekusi kebijakan yang tepat dan cepat di dunia eksekutif.
Itulah salah satu alasan mengapa koalisi partai yang mendukung pemerintah sekarang diberi semangat, pelembagaan dan metode kerja baru. Kekuatan harus disatukan. Power harus digabungkan sedemikian rupa sehingga memadai sebagai the functioning majority, sebuah kekuatan riil yang mengatur dan mengelola dinamika di lembaga-lembaga politik kita.
Penguatan ini koalisi bukan untuk mencampuri urusan internal eksekutif, sebagaimana yang selama ini dituduhkan berbagai pihak, melainkan untuk memobilisasi kekuatan bersama, memperluas ownership bagi berbagai kebijakan strategis, tanpa mencampuri karakteristik, rencana, serta kepentingan internal kekuatan-kekuatan politik yang berada di dalamnya.
Kekuatan politik riil yang sebenarnya sudah bergabung, kini dibangkitkan, dibuat lebih pro-aktif, bukan hanya bekerja manakala ada kebakaran, manakala ada persoalan yang mendesak. Selama ini koalisi politik hanya berfungsi pada power preservation (pelanggengan kekuasan). Sekarang semua itu diubah menjadi policy enhancement (penguatan kebijakan) dan stabilisasi sistem politik.
Berbagai kebijakan dapat dibicarakan dan dikonsultasikan dalam lembaga baru ini, yang sekarang dikenal sebagai Sekertariat Gabungan (Setgab). Salah satu isu mendesak yang pasti akan dibahas adalah arah kebijakan pembangunan Indonesia. Secara khusus, di sini Partai Golkar akan mengajak semua partner koalisi untuk lebih memajukan kemandirian ekonomi Indonesia, kebijakan yang langsung mengabdi kepada kepentingan seluruh rakyat, terutama mereka yang masih tertinggal. Kita akan mencari rumusan yang tepat untuk mempertautkan kepentingan nasional dengan globalisasi ekonomi dunia, keseimbangan yang produktif antara kebijakan domestik dan ekonomi internasional yang terus bergerak cepat.
Dalam hal ini nasionalisme Indonesia harus terus kita hidupkan. Nasionalisme Indonesia jangan pernah kita lupakan. Penjabarannya harus dimasukkan dan menjadi rohnya strategi pembangunan kita. Tanpa terjebak pada dikotomi lama tentang pribumi dan non-pribumi, kita harus memperhatikan, membantu, memajukan, serta memberi fokus yang jelas pada pelaku-pelaku ekonomi riil yang membuka lapangan kerja. Kita juga harus membangun basis produksi domestik dengan sungguh-sungguh, berdasarkan konsep nilai tambah, bukan semata menggantungkan pada arus impor dari berbagai negara.
Isu strategis lain yang dapat dibicarakan dalam koalisi adalah gejala yang berhubungan dengan wibawa negara dan kepatuhan hukum. Supermasi hukum dan wibawa aparat pelaksana negara harus dijunjung setinggi mungkin. Kita tidak boleh membiarkan tindakan civil disobedience yang banyak terjadi sekarang tanpa respon yang tegas dan terukur. Setiap negara dibangun berdasarkan hukum dan kepatuhan pada hukum. Jika hukum dan aparat penegak hukum tidak lagi memiliki wibawa, maka negara berada diambang kehancuran. Kita tidak boleh membiarkan hal ini terjadi.
Yang harus kita upayakan adalah peningkatan partisipasi sosial, keikutsertaan aktif dari setiap warga negara untuk memberi kontribusi, dengan cara masing-masing, kepada bangsa dan negara kita.
Selain semua itu, Partai Golkar — dan pasti partai-partai yang menjadi sahabat kita dalam koalisi juga akan setuju – akan membicarakan mengenai satu soal penting, yaitu jatidiri bangsa. Zaman memang terus bergerak, tetapi ke-Indonesia-an harus terus abadi sampai kapanpun. Kebanggaan pada bangsa, kecintaan pada Tanah Air, serta pengabdiaan kita untuk menjaga kebhinekaan, untuk mengawal Pancasila, NKRI, dan UUD45 harus terus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Masa lalu, masa kini, serta masa depan harus terus bersambung, dipertalikan oleh jatidiri kita sebagai sebuah bangsa dengan cita-cita dan harapan yang sama.
Saudara-saudara yang saya muliakan
Hadirin yang saya muliakan
Demikianlah konsepsi yang menjadi dasar inisiatif baru penguatan koalisi partai yang tergabung dalam Setgab. Namun di atas segala-galanya, di balik semua upaya baru ini adalah munculnya sebuah tekad untuk mengejar kepentingan bangsa, kepentingan yang lebih besar, meleburkan kepentingan politik jangka pendek ke dalam kerja bersama yang lebih bersahabat, lebih efektif, serta lebih result-oriented.
Dengan itu semualah kita memberi makna yang kongkret pada momentum kebangkitan bangsa yang sekarang kita rayakan kembali. Generasi dr. Tjipto dan generasi Sukarno telah memberi kontribusi masing-masing sesuai konteks dan kehendak zamannya. Semoga generasi kepemimpinan kita sekarang mampu meneruskan warisan mereka, dan melakukan hal yang sama dalam semangat dan konteks abad ke-21 ini.
Saya pribadi yakin bahwa jika kita yakin bahwa kita bisa, jika kita tahu bahwa kita benar, maka insya Allah, atas rahmat Tuhan yang mahabesar, kita akan mencapai cita-cita dan harapan kita bersama. If there is a will, there is a way, jika ada kemauan, pasti akan ada jalan yang terbuka.
Optimisme semacam inilah yang menjadi kunci bagi kemajuan bangsa kita. Jangan terus mengeluh. Jangan hanya sanggup mengeritik. Jangan terus melihat kejelekan dan kekurangan di sekitar kita. Jangan kutuk malam, tetapi nyalakan lilin untuk menerangi malam.
Marilah kita melangkah bersama untuk membangun negeri kita tercinta. Marilah kita melangkah bersama demi kejayaan Indonesia, sekarang dan di masa-masa mendatang.
Khususnya kepada teman-teman di SOKSI, saya ucapkan selamat. Semoga Munas ke-9 ini menjadi momentum untuk membangun organisasi serta memberikan kontribusi positif bagi kita semua.
•••