Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama meniupkan nafas baru dalam upayanya mewujudkan perdamaian Timur Tengah dengan meminta bantuan Presiden Mesir Hosni Mubarak.
Obama berharap Mesir dapat membantu memecahkan kebuntuan dialog antara Israel dan negaranegara Arab. Presiden AS menyadari, proses perdamaian harus didukung banyak pihak karena segala tekanan Paman Sam terhadap Israel ternyata tidak digubris. Gedung Putih telah mendesak Israel agar menghentikan pemukiman Yahudi,namun Israel justru terus mengusir keluarga-keluarga Palestina dari Yerusalem timur. Sedangkan negara-negara Arab, termasuk Mesir, meminta Israel menghentikan aktivitas pemukiman Yahudi sebelum Arab menormalisasi hubungan dengan Israel.
”Saya pikir, tentu saja, setiap negara di kawasan ini, di bagian mana pun, harus bertanggung jawab untuk saling mendukung sehingga kita mencapai kemajuan dalam perdamaian di Timur Tengah,” papar juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs. Menurut Gibbs, Obama akan ”memerlukan waktu” bersama Mubarak untuk mencari solusi yang tepat demi mengakhiri kebuntuan proses perdamaian Timur Tengah.
”Tandap pengakuan atas tanggung jawab ini, kita akan sulit bergerak maju,” tutur Gibbs di pesawat kepresidenan Air Force One,saat presiden AS kembali dari liburan di barat Amerika. Obama menunjukkan bentuk penghormatan baru pada pemimpin Mesir yang telah berusia 80 tahun tersebut. Pemerintahan Obama menyatakan, akan berkonsultasi dengan Mubarak terlebih dulu sebelum meluncurkan bentuk inisiatif baru apa pun di Timur Tengah.
Dalam pernyataan yang dipublikasikan Senin (17/8), Mubarak menjelaskan telah mengatakan pada Obama pada Juni silam, saat Presiden AS melawat ke Kairo,bahwa Israel harus menghentikan pemukimanYahudi. ”Saya telah jelaskan pada Presiden Obama di Kairo bahwa Arab berinisiatif menawarkan pengakuan terhadap Israel dan normalisasi hubungan dengannya, setelah,dan bukan sebelum (penghentian pemukiman Yahudi), dan kemudian perdamaian dapat tercapai,” kata Mubarak pada surat kabar Al-Ahram.
Saat ni, hanya ada dua negara Arab, Mesir dan Yordania, yang telah menandatangani traktat perdamaian dengan Israel, sedangkan sebagian negara Arab lainnya telah memiliki hubungan perdagangan. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton telah mendiskusikan proses perdamaian Timur Tengah dengan Mubarak pada Senin (17/8). Mereka juga membicarakan perkembangan isu di Iran karena AS khawatir Teheran berupaya menciptakan persenjataan nuklir.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Philip Crowley yakin Hillary dan Mubarak telah menyepakati perlunya ”berbagi langkah menuju normalisasi hubungan negara Arab dan Israel”seiring proses perdamaian antara Palestina dan Israel. Menurut Crowley, Hillary juga membicarakan masalah hak asasi manusia dengan Mubarak.”Isu ini selalu kita kemukakan dalam setiap pertemuan tingkat tinggi yang kami gelar. Kami ingin melihat Mesir menapaki jalur menuju dialog politik secara luas,” katanya.
Dalam lawatannya, Mubarak juga bertemu dengan 20 pemimpin Yahudi. Wakil Presiden Dewan yahudi untuk Masalah Publik (JCPA) Martin Raffel menyebut Mubarak ”sangat bersahabat.” Di Yerusalem,Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menahan inisiatif sejumlah proyek perumahan di wilayah pendudukan Tepi Barat, Palestina. Dia berharap mencapai landasan bersama dengan Washington. ”Sejak peme-rintahan baru berdiri lima bulan silam,tidak satu pun tender proyek yang dikeluarkan untuk Judea dan Samaria.
Fakta ini, merupakan contoh, upaya yang saya yakini untuk mencapai kesamaan sikap dengan pemerintahan AS dan kesepakatan damai komprehensif,” papar Menteri Perumahan Israel Ariel Atias, merujuk pada inisiatif pemerintah Israel untuk berbagai tawaran tender konstruksi baru pemukiman Yahudi di Tepi Barat. (sindo)
Silahkan posting komentar Anda