Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengku Buwono X membantah dirinya jual mahal atas tawaran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang memasukkan namanya sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) mendampingi capres Megawati Soekarnoputri.
”Ini politik, bukan soal jual mahal atau jual murah,” katanya di Yogyakarta kemarin. Sultan membantah dirinya jual mahal meskipun sampai saat ini belum memberikan jawaban atas tawaran PDIP tersebut. Menurut dia, jual mahal atau jual murah tidak ada ukurannya.
Yang pasti, masalah yang dia hadapi saat ini memasuki ranah politik sehingga dia punya sikap tersendiri atas persoalan tersebut. ”Isi pertemuan (dengan Megawati) tidak harus saya sampaikan ke publik. Konkretnya bagaimana, jangan tanya saya.Yang jelas sebelum Rakernas PDI Perjuangan di Solo, saya sudah bertemu Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri,” ungkapnya.
Ditanya penilaian sebagian kalangan bahwa Partai Golkar kecil kemungkinan mendukung Sultan, dia mengatakan belum tentu dan semua belum pasti. ”Pastinya, jangan tanya saya, karena yang menentukan semua adalah DPP,”tandasnya. Sementara itu, tokoh Partai Golkar Fadel Muhammad yang juga Ketua DPD Golkar Gorontalo memilih sikap merendah saat ditanya soal pencalonan presiden.
Dia mengaku belum siap mendeklarasikan diri sebagai capres sebagaimana tokoh Partai Golkar lainnya. Meski namanya masuk dalam 10 capres yang diusulkan dalam Rapat Kerja Nasional Partai Golkar beberapa waktu lalu,Fadel menilai hal itu terlalu dini. Dia masih mengamati perkembangan pencalonan capres di internal Partai Golkar maupun di luar Partai Golkar.
”Ada sekitar tujuh sampai 10 nama yang akan diusulkan sebagai capres karena dianggap berpotensi sebagai pemimpin nasional. Salah satunya dari Indonesia timur, yaitu saya. Nama saya diusulkan oleh teman-teman, tapi saya katakan banyak yang lebih hebat dari saya, biarlah saya jadi gubernur jagung (Gorontalo) saja,” ujar Fadel dalam acara ”Sewindu Jejak Langkah Provinsi Gorontalo” dan pemutaran perdana film dokumenter Fadel Mengabdi untuk Bangsa di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta kemarin.
Sejumlah tokoh yang hadir, di antaranya Kepala Bappenas Paskah Suzetta dan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir. Materi film tersebut lebih fokus pada sosok Fadel dengan menceritakan perjalanan hidupnya hingga menjadi gubernur dan hanya sedikit mengupas soal keberhasilannya.
”Terserah orang mau mendefinisikan apa. Mau mendefinisikan apakah ini merupakan kampanye secara tidak langsung atau apalah, itu terserah,”katanya. Namun,dia berharap agar Partai Golkar tidak membatasi kader-kader yang ingin berkiprah di tingkat nasional untuk melakukan sesuatu yang penting untuk kepemimpinan nasional.
”Biarkan saja kader melakukan inovasi maupun terobosan jika untuk perubahan ke arah kebaikan,”ujarnya. Soetrisno Bachir menilai Fadel merupakan orang yang tepat di tempat yang salah. Kalimat itu dia lontarkan lantaran Gubernur Gorontalo itu berada di partai yang tidak menghendakinya sebagai capres 2009.
”Fadel mempunyai potensi untuk berkiprah lebih di kancah politik nasional, tetapi tidak mendapatkan dukungan semestinya dari partai tempatnya bernaung,” ungkapnya. Ditanya soal sikap DPP Partai Golkar soal pencalonan Sri Sultan sebagai cawapres Megawati Soekarnoputri, Fadel menilai sikap Sultan sama dengan manuver Jusuf Kalla bergandengan dengan SBY pada Pilpres 2004.
Karena itu, ancaman Partai Golkar yang akan melepaskan Sultan dinilai terlalu keras. Fadel beranggapan, bagaimanapun juga, Sultan merupakan kader dari partai Golkar.”Waktu 2004 lalu Pak JK melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Sultan kali ini,”katanya. (sindo)
Silahkan posting komentar Anda