Pertemuan Megawati Soekarnoputri dan Sri Sultan Hamengku Buwono X di The Cangkringan Village, Sabtu (21/3) malam dianggap memuluskan babak koalisi bersama dalam pemerintahan baru 2009. Keduanya mengadakan pertemuan empat mata untuk ketiga kalinya, tanpa dihadiri oleh orang dekat Sultan maupun Mega.
Juru bicara Tim Pelangi Perubahan Garin Nugroho optimistis, pertemuan itu memuluskan duet diantara mereka. “Antara mereka sudah tidak ada perbedaan, sudah mulus, dan terjadi deal-deal yang hanya mereka berdua yang tahu,” kata Garin Nugroho. Pelangi Perubahan sendiri adalah sayap pendukung Sultan.
Menurut Garin, pertemuan antara dua tokoh itu berlangsung hingga Minggu (22/3) dini hari. Keduanya, baik Sultan dan Megawati sepakat menjaga dan menghargai sopan santun dan etika politik untuk menyatakan mulusnya koalisi keduanya hingga Pemilu Legislatif 9 April digelar.
Inilah untuk pertama kali tim pendukung Sultan menyatakan kepastian koalisi keduanya. Sebelum-sebelumnya, dari dua belah pihak mengunci rapat apakah koalisi Mega-Buwono benar-benar terealisir.
Pertemuan diawali dengan makan malam bersama di resort milik besan Megawati dari putrinya Puan Maharani. Setelah acara makan malam bersama, mengulang pembicaraan empat mata antara Mega dan Sultan di Jalan Teuku Umar dan Keraton Yogyakarta, keduanya kembali melakukan pembicaraan empat mata di Vila di lereng Gunung Merapi tersebut. “Koalisi keduanya kian mengkristal untuk mendorong pemilu yang jujur dan adil pasca hasil temuan serius soal kasus DPT," ujarnya
Megawati dan Sultan sendiri mengungkapkan pertemuan tersebut adalah acara makan malam biasa. “Sultan kan Gubernur DIY, karena saya kampanye di Yogya saya ya kulo nuwon,” kata Mega.
Dalam makan malam itu, Mega mengakui bahwa antara dia dan Sultan membahas beberapa hal. Diantaranya kasus manipulasi DPT yang merebak di sejumlah daerah, kemungkinan krisis global yang bisa melanda Indonesia, dan mekanisme pencalonan presiden di tubuh Golkar yang hingga saat ini belum memutuskan calon presiden. “ Suara PDI P kan kalah dengan Golkar mosok kalah dengan PDI Perjuangan,” kata Mega. Terhadap pertanyaan itu, Mega mengaku mendapat masukan dari Sultan.
Dewan Pengurus Pusat PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo sendiri tadi malam tak mengelak bila ada kemungkinan Sultan akan meniru langkah Jusuf Kalla yang berdampingan dengan Susilo Bambang Yudhoyono tanpa melalui kendaraan Partai Golkar. “Pak JK pada Pemilu 2004 lalu kan juga tidak pakai kendaraan Golkar,” kata Tjahjo.
PDI Perjuangan sendiri, tambah Tjahjo, tak pusing dengan dukungan 28 Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar yang mengusung Jusuf Kalla menjadi satu-satunya calon presiden Partai Golkar. (tempo)
Silahkan posting komentar Anda