Ketua Fraksi Partai Golkar Priyo Budisantoso mengatakan, sebagai partai besar Golkar tak ingin duet SBY-JK menjadi opsi satu-satunya pada pemilihan presiden Juli mendatang. Dikatakan Priyo, opsi tersebut selama ini selalu membuat Golkar terkesan disepelekan dan terhimpit diantara Blok S (SBY) dan Blok M (Megawati).
Priyo mengakui, nama SBY masih menjadi nama yang sering disebut-sebut di internal Golkar. Meneruskan duet SBY-JK, dikatakannya, bukan sesuatu yang mustahil.
"Duet SBY-JK bukan sesuatu yang salah untuk menuntaskan misi yang belum tuntas. Tapi karena kami terikat kode etik, sebagai partai besar ijinkan kami untuk tidak menggunakan itu (duet SBY-JK) sebagai opsi satu-satunya karena opsi itu bisa membuat kami dipandang sepele," kata Priyo, Jumat ( 13/2 ), pada diskusi di Gedung DPR, Jakarta.
Ia kembali mengutarakan wacana yang sempat dilontarkannya, bahwa Golkar siap memimpin poros alternatif agar tak hanya ada di antara Blok S dan Blok M.
Pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J. Kristiadi mengatakan, koalisi SBY-JK merupakan koalisi kejawen, yang menerapkan prinsip tahu sama tahu. Namun, menurut Kristiadi, justru menyebabkan koalisi keduanya tidak jelas.
"Koalisi SBY-JK itu koalisi kejawen, tahu sama tahu tapi akhirnya tidak jelas. Misalnya, sudah menunjukkan gelagat saling berpaling tapi kok enggak dilamar-lamar. Kalau mau koalisi kok tidak diumumkan. Jadinya saling menunggu," ujar Kristiadi.
Demokrat sendiri, tetap menyatakan akan membahas koalisi dan siapa pendamping SBY pascapemilu legislatif. "Buat Demokrat bukan saling menunggu tapi karena yang paling penting sekarang adalah menunggu hasil pemilu legislatif," ujar Ketua DPP Bidang Politik Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.
Silahkan posting komentar Anda