Polisi berhasil menangkap seseorang yang diduga kuat masuk jaringan gembong teroris Noordin M Top di wilayah Cilacap,Jawa Tengah.
Anggota jaringan teroris berinisial A ini merupakan calon pelaku bom bunuh diri yang telah dididik sejak 2001 lalu. ”Rabu (22/7) malam saya sudah melakukan interogasi langsung kepada yang bersangkutan, dia mengaku sudah dipersiapkan untuk melakukan bom bunuh diri,”ujar Kapolda Jateng, Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo di Solo kemarin.
Hanya saja,Kapolda mengelak memberikan keterangan lebih rinci terkait identitas A, lokasi penangkapan, termasuk barang buktinya yang bisa dikumpulkan. Menurut Kapolda,A telah mendapat pendidikan khusus dari jaringan Noordin M Top sejak tahun 2001 guna melakukan aksi bom bunuh diri.
Selanjutnya, calon pelaku bom bunuh diri atau biasa disandikan sebagai ”calon pengantin” yang berhasil diringkus bakal dibawa ke Mabes Polri guna menjalani pemeriksaan. ”Hari ini (kemarin) akan kami bawa ke Mabes Polri untuk dicek silang,” tandas Kapolda. Disinggung apakah calon pelaku peledakan bom ini sudah mendapatkan target sasaran, lagi-lagi Kapolda enggan membeberkan.
Dari informasi yang didapat Seputar Indonesia,A alias Achmady, 37, adalah rekan Bahrudin Latief, anggota jaringan teroris yang kini masih diburu aparat. Dia juga dikenal dekat dengan Saefudin Zuhri,tersangka teroris yang telah ditangkap terlebih dulu pada Minggu (21/6). Sebelum menangkap Achmady, polisi sudah lebih dulu membawa empat anggota keluarga Bahrudin Latief alias Baridin.
Penangkapan Achmady dilakukan Detasemen Khusus (Densus) 88 pada Rabu (22/7) malam pukul 20.00 WIB di Dusun Kretek,Desa Siganco, Kecamatan Nusawungu, Cilacap. Setelah ditangkap Achmady langsung dibawa ke hotel di kawasan Semarang atas untuk dimintai keterangan. ”Masih ada di dalam, tapi sudah berpindah ke kamar,” kata salah satu sumber di kepolisian.
Sampai dengan sore kemarin, Achmady masih menjalani penyidikan intensif di hotel tersebut. Achmady disebut-sebut adalah nama pengontrak rumah yang dihuni oleh Abdul Hadi dan Jabir, yang tewas ditembak oleh Densus 88 pada penggerebekan di Kertek, Wonosobo, 2005 silam.Abdul Hadi dan Jabir adalah kaki tangan Noordin yang bertugas sebagai perekrut anggota.
Dalam penangkapan tersebut sejumlah petugas Densus melakukan pengintaian persembunyian tersebut sejak lama dengan berpura-pura menjadi pegawai di pool bus Damri yang berada di dekat kontrakan tersebut. Usai didatangi Densus 88, rumah Achmady sepi dan terkunci.
Tidak banyak warga yang tahu kedatangan tim khusus tersebut.Personel Densus 88 datang berjalan kaki karena rumah Achmady berada di tengah kampung yang tidak mempunyai akses jalan memadai. Mobil-mobil yang dikendarai pun diparkir berpencar di setiap gang masuk ke rumah Achmady.
Isteri Achmady, Ikah, 35, sempat terlihat di pinggir jalan pertigaan gang masuk ke rumahnya,memarkir sepeda motor dan berbincang dengan dua pria berbadan tegap yang diduga adalah anggota tim Anti Teror. Setelah sekitar 3 menit berbincang,lalu dia kembali menaiki motor dan pergi entah ke mana. Dia pun enggan berkomentar.
”Saya nggak ikut-ikut. Saya nggak mau ngasih jawaban apaapa,” katanya sambil pergi menaiki sepeda motor. Berdasarkan keterangan dari warga sekitar, Ikah sedang mengandung anak keduanya dengan usia kehamilan 7 bulan.Anak pertamanya Nida, 7,merupakan siswa kelas 2 di salah satu sekolah dasar di Desa Sikanco Kecamatan Nusawungu.
Tidak banyak diperoleh informasi tentang Achmady dari tetangganya. Yang diketahui warga, Achmady hanya berprofesi sebagai penjual sapu di Lampung.Sebulan sekali dia berangkat ke Lampung. Sedangkan isterinya sering berada di rumah orangtuanya yang masih satu desa.
Jangan Mudah Terpengaruh
Kapolda Jawa Tengah,Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo mengimbau masyarakat jangan mudah terpengaruh rayuan teroris untuk terlibat dalam tindakan terorisme. ”Rayuan untuk masuk surga dengan ditemani 40 bidadari sering menjadi tawaran yang diberikan para teroris untuk mendapatkan anggota baru,”kata Alex Bambang.
Hal tersebut,lanjutnya,jangan dianggap sebagai sebuah kebenaran dan diterima begitu saja oleh masyarakat. Masyarakat harus dapat mengantisipasi dengan melaporkan jika ada seseorang atau kelompok tertentu yang melakukan ajakan seperti itu. Dia mengatakan, jaringan Noordin M Top yang diduga kuat sebagai pelaku peledakan di sejumlah daerah di Indonesia saat ini masih berkeliaran di Jawa Tengah.
”Semua kalangan di Jateng harus bersatu dalam mengantisipasi jaringan ini.Masyarakat dengan dikoordinir kepala daerahnya, dari lurah/kepala desa hingga gubernur harus terus mengawasi kondisi yang ada di wilayahnya,” katanya.
Dalam antisipasi tersebut, lanjutnya, pihaknya telah menyebarkan ribuan poster mengenai ciriciri teroris, salah satunya Noordin M Top. ”Jika ada orang asing dengan ciri-ciri seperti itu, masyarakat harus segera melaporkan ke kepolisian,”katanya.
Jaringan Internasional
Sementara itu, aksi pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton di Jakarta pekan lalu disebut Penasihat Keamanan Nasional Filipina Norberto Gonzales memiliki hubungan dengan pengeboman di Filipina. Peristiwa itu juga menunjukkan kebangkitan kembali kelompok militan Jamaah Islamiyah.
Menurut Gonzales,tiga serangan bom di kawasan selatan Filipina, Pulau Mindanao, yang menyebabkan delapan orang tewas memiliki karakter dan maksud yang sama dengan aksi JI. Bom yang digunakan di Mindanao sama dengan yang digunakan dalam serangan bom Jakarta yang menyebabkan sembilan orang tewas. Gonzales mengatakan,Filipina dan Indonesia kini sedang mengoordinasikan investigasi mereka.
”Kami tidak bisa mengabaikan kemungkinan kebangkitan kembali JI di kawasan ini,” ujar Gonzales di hadapan Asosiasi Koresponden Asing Filipina, di Manila, kemarin. ”Kami dengan mudah bisa menyimpulkan bahwa pengeboman di Mindanao dan Jakarta punya kaitan. Karakter bomnya sama.”
Gonzales mengatakan, aparat berwenang Indonesia dan Filipina saling bertukar data intelijen untuk menelusuri mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu. JI memiliki tujuan akhir untuk menyatukan Indonesia, Brunei, Malaysia, Singapura dan selatan Filipina menjadi sebuah negara fundamentalis. Pengeboman di Mindanao kemungkinan dilakukan satu dari 20- 30 militan asing JI yang memiliki hubungan dengan Abu Sayyaf yang diyakini berada di area itu.
Abu Sayyaf adalah kelompok militan kecil yang dituduh mendalangi sebagian serangan teroris terburuk di Filipina. Pedro Cabuay,mantan jenderal militer yang kini mengepalai Badan Koordinasi Intelijen Nasional Manila, mengatakan, lebih dari 30 militan kini diketahui beroperasi di Mindanao.
Kelompok itu termasuk dua buronan asal Indonesia,Umar Patek dan Dulmatin, yang lari ke Mindanao pada 2003 setelah membantu pengeboman di klub malam di Bali yang menewaskan 202 orang. Pemerintah Amerika Serikat (AS), yang secara aktif membantu pemerintah di Asia Tenggara memerangi kelompok teroris, telah menawarkan imbalan USD10 juta (sekitar Rp100 miliar) dan USD1 juta (sekitar Rp10 miliar) untuk Umar Patek. (sindo)
Silahkan posting komentar Anda