Densus 88 Telusuri Jalur Bom Cilacap-Jogja-Boyolali-Jakarta
Jajaran Polda Jawa Tengah menangkap seorang pria yang diduga sebagai anggota teroris jaringan Noordin M. Top dengan inisial ZA. Berita ini disampaikan Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Alex Bambang Riatmojo di sela-sela acara pengarahan kepada seluruh kepala desa dan lurah se-Solo Raya di Diamond Convention Center Solo, siang kemarin (23/7).
Ditambahkan, penangkapan ZA dilakukan Rabu malam lalu (22/7) di daerah Cilacap.
Dari hasil pemeriksaan sementara, lanjut Kapolda, diketahui bahwa ZA sudah menjadi anggota jaringan teroris Noordin sejak 2001. Dia, katanya, sengaja dipersiapkan menjadi pelaku bom bunuh diri di beberapa lokasi berikutnya.
''Belum diketahui, ZA ini berasal dari kelompok mana dan daerah mana yang akan dijadikan target sasaran berikutnya. Sebab, yang bersangkutan masih menjalani pemeriksaan,'' beber Kapolda.
ZA, lanjut Kapolda, sudah mendapatkan pembinaan khusus dari Noordin sejak 2001. Bersama beberapa anggota lain, ZA dipersiapkan sebagai pengantin (sebutan untuk pelaku bom bunuh diri).
''Untuk lebih memperdalam pemeriksaan, sore ini tersangka bakal diserahkan ke Mabes Polri,'' jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kapolda juga berharap agar seluruh kepala desa serta lurah terjun langsung dan menjadi promotor untuk menjaga keamanan dan kondusivitas di daerah masing-masing. Itu bisa dilakukan dengan cara meningkatkan kewaspadaan dan menggalakkan berbagai kegiatan pengamanan lingkungan.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dalam kesempatan itu meminta seluruh desa kembali menggalakkan siskamling dan memberlakukan wajib lapor jika ada tamu yang menginap lebih dari 24 jam. Selain sebagai langkah antisipasi, itu dimaksudkan untuk menekan ruang gerak para teroris. ''Jika seluruh wilayah, dari polisi, TNI, sampai masyarakat kompak, teroris pasti bisa segera ditangkap,'' tutur Bibit Waluyo.
Densus 88 Sisir Jateng
Kawasan Jawa Tengah tetap menjadi sasaran penyelidikan polisi untuk mengungkap pelaku teror bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton 17 Juli lalu. Ada lima tim yang mengubek-ubek provinsi itu. Mereka adalah tiga tim dari Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan dua tim dari Satgas Bom.
Jumlah tersebut masih ditambah tim dari Polda Jateng dan polres-polres di wilayah yang didatangi. Menurut sebuah sumber di lingkungan kepolisian, wilayah rute bom (Cilacap-Jogja-Boyolali-Jakarta) ditambah dengan Solo dan Salatiga masih dipercaya sebagai tempat terbaik untuk melakukan penyelidikan.
''Kami yakin Noordin masih berada di Jateng dan wilayah-wilayah sekitarnya. Jejak-jejaknya masih tergolong baru,'' urainya. Artinya, kalaupun dia lari, jaraknya belum terlalu jauh. Itulah sebabnya, Densus 88 sangat berharap pada keterangan Ari Aryani alias Arina Rahma, wanita yang diduga salah satu istri Noordin M. Top, gembong teroris yang paling dicari.
Rabu lalu (22/7) Ari ditangkap Densus 88 di rumah saudaranya di kompleks Pesantren Al Muaddib, Dusun Mlela, Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dalam penangkapan itu, Densus juga membawa Dwi Astuti (ibunda Ari yang juga istri Bahrudin Latif alias Baridin) serta dua anak Ari: Haula, 3, dan Daud, 13 bulan.
''Semoga keterangan mereka bisa membantu pencarian kami sehingga mempersempit ruang pencarian kami,'' tutur sumber tadi.
Hanya, yang tergolong menyulitkan petugas adalah medan di Jateng. Terlalu banyak desa terpencil di provinsi itu dan sulit menyisirnya satu per satu. ''Lihat saja, sejumlah TKP penangkapan yang pernah kami lakukan. Di Wonosobo, misalnya. Tempatnya sangat terpencil dan tak mencolok perhatian masyarakat sekitar,'' tambahnya. Namun, sumber itu optimistis pelakunya tak lama lagi bakal terungkap.
Hingga kemarin petugas masih yakin bahwa orang-orang Jamaah Islamiyah sebagai yang bertanggung jawab terhadap pelaku peledakan bom tersebut. ''Hanya kelompok mana yang bertanggung jawab, masih kami petakan,'' papar sumber tadi (salah satu versi pemetaan pelaku pengeboman baca grafis).
Tuduhan petugas memang masih mengarah ke Noordin M. Top sebagai aktor utama di balik pengeboman di JW Marriott dan Ritz-Carlton. Fakta-faktanya terkait penggerebekan di rumah Baridin di Cilacap 23 Juni lalu. Di rumah pria yang diduga kuat sebagai mertua Noordin M. Top tersebut, polisi menemukan satu rangkaian bom.
Soal eksekutor pun polisi meyakini ada tiga orang. Yakni, dua pelaku bom bunuh diri yang belum teridentifikasi dan Nur Sahid alias Nur Hasdi. Nama terakhir ini diduga sebagai "korlap" (koordinator di lapangan) dari dua pelaku bom bunuh diri tersebut, yang sekaligus penyewa kamar hotel di JW Marriott.
Nur Sahid juga dipercaya berperan sebagai "penghubung" antara pembuat bom dan eksekutor. ''Kelompok (Noordin) ini selalu mempunyai ciri khusus. Yakni, pembuat bom dan pelaku bom bunuh diri tak pernah bertemu. Kalaupun bertemu, mungkin hanya pada hari H pelaksanaan,'' ucap sumber tersebut.
Hanya, soal siapa pelaku bom bunuh diri tersebut, petugas belum berani memastikannya. ''Semuanya teroris generasi baru, yang namanya baru muncul sekarang. Sebelumnya kami tak tahu sama sekali,'' tambahnya. Sumber tersebut menduga kelompok Noordin secara organisatoris sudah tak lagi "murni JI (Jamaah Islamiyah)".
''Sudah tercampur dengan kelompok lain. Di antaranya NII (Negara Islam Indonesia),'' ungkap perwira yang terlibat dalam pengejaran teroris lebih dari empat tahun tersebut. JI sendiri terbentuk ketika Abdullah Sungkar memisahkan diri dari NII pada 1993. Polisi juga mencurigai kelompok sempalan JI. Di antaranya kelompok-kelompok kecil yang pernah "dibina" Imam Samudra di kawasan Jawa Barat.
Selama ini kelompok-kelompok tersebut sedikit "tak terawasi" oleh petugas -yang memang lebih sibuk memantau dan memindai kelompok yang lebih besar. Padahal, transfer untuk membuat dan menyiapkan "bom sederhana" seperti yang terjadi di JW Marriott dan Ritz-Carlton bukan sesuatu yang sulit. ''Tak lebih dari satu tahun, seseorang yang berlatih intensif sudah bisa secara mandiri membuat bom,'' tuturnya.
Soal pembuatan bom, sumber itu mengatakan, kelompok tersebut tak hanya didukung Noordin M. Top -meski dia aktor utamanya. Sejumlah kelompok lain diduga menjadi penyokong. Di antaranya yang mulai mendapatkan perhatian adalah orang-orang JI yang bermukim di kawasan Blitar. ''Kelompok ini pernah mendapat pelatihan langsung dari Dr Azhari. Tapi, sudah lama mereka tiarap. Sejak salah satu pentolannya yang bernama Hasan, kami tangkap dalam plot pengeboman JW Marriott 2003,'' tuturnya.
Satu lagi adalah NII. Kelompok ini dekat dengan Dr Azhari dan Noordin sejak di Poso selama 2001-2002. ''Yang menjadi penghubung adalah Pandu cs (tersangka kasus terorisme di Poso yang kini telah bebas, Red),'' lanjut sumber tersebut. Belakangan sejumlah aktivis NII diindikasikan bergabung dalam aksi bersama. Di antara dua aktivis NII yang paling menonjol adalah Rois (divonis mati atas kasus bom Kedutaan Australia pada 2004) dan Herri Gulun (pelaku bom bunuh diri Kedutaan Australia 2004).
Selanjutnya, polisi mewaspadai dua nama lama yang hingga kini belum tertangkap. Yakni, Dulmatin dan Umar Patek. Dua nama anggota senior JI itu terakhir teridentifikasi di Filipina. Dalam sebuah serangan, tentara Filipina mengklaim telah menewaskan Dulmatin. Namun, tak pernah ada yang bisa menunjukkan di mana jasadnya. Belakangan keduanya dipercaya telah kembali ke Indonesia.
Dalami Peran Pengebom Ketiga
Pelaku pengeboman di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton hingga kini diduga baru dua orang. Itu berdasarkan temuan dua jenazah yang identitasnya hingga kemarin belum diketahui. Satu jenazah ditemukan di Marriott dan satu lagi di Ritz-Carlton. Mereka diduga pelaku bom bunuh diri di dua hotel berbintang lima itu.
Kemarin muncul dugaan, ada satu lagi pelaku pengeboman. Dia diduga yang akan meledakkan bom di kamar 1808 Hotel JW Marriott. Seperti diberitakan, sesaat setelah peledakan di Marriott pada 17 Juli lalu, polisi menemukan satu bom di kamar 1808 dalam keadaan aktif.
Jika benar dugaan tersebut, lantas siapa pelaku ketiga itu? Menurut Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Kombespol Ketut Yoga, hingga kini pihaknya masih mendalami secara serius kemungkinan adaanya orang ketiga itu.
''Bom yang ditemukan di kamar 1808 itu di-setting untuk meledak lebih dulu, tapi gagal,'' kata Ketut kepada wartawan di Media Centre Bellagio kemarin. Dalam rekaman CCTV, orang yang diduga pengebom sempat mengeluarkan ponsel beberapa detik sebelum bom meledak.
Dalam kesaksian satpam JW Marriott Dikdik Ahmad Taufik, orang yang dicurigai pengebom Marriott sempat mengutak-atik ponsel. Saat hendak ditegur, lelaki itu mengatakan akan menemui bosnya di Restoran Syailendra. ''Saya agak ragu karena penampilannya rapi,'' kata Dikdik kepada Jawa Pos Sabtu pekan lalu (18/07).
Kombespol Ketut tak bisa memastikan apakah timer bom membutuhkan pemicu tambahan berupa sinyal ponsel. ''Yang jelas, bom itu dijinakkan dalam kondisi aktif, tapi belum meledak,'' katanya. Bisa saja, orang ketiga gagal mengaktifkan bom di kamar 1808, lalu kabur.
Bagaimana keterlibatan Ibrahim, florist di Hotel Ritz-Carlton yang hingga kini keberadaannya masih misterius? Ketut menegaskan, polisi tidak pernah menyebut Ibrahim sebagai tersangka. ''Yang benar adalah Ibrahim dilaporkan hilang. Kami cek DNA-nya tidak cocok. Jadi, soal peran sebenarnya masih ditelusuri. Ini perlu diluruskan agar tak terjadi fitnah dan pencemaran nama baik,'' kata Ketut.
Salah seorang teman Ibrahim, Andi Suhandi, mengatakan bahwa Ibrahim sangat jauh dari profil pengebom atau teroris. ''Orangnya baik sekali,'' kata Andi di depan Hotel Ritz-Carlton kemarin.
Andi pernah tinggal bersama Ibrahim di kontrakannya, Jalan Exauri, Kuningan Timur. ''Tapi, sejak Mei dia pindah ke kawasan Condet. Saya tak tahu persis, katanya pindah ke rumah kakaknya,'' ujarnya.
Di perusahaan tempat mereka bekerja, yakni Chynthia Florist, Ibrahim juga tak banyak omong. ''Dia bukan tipe orang yang gampang marah,'' katanya.
Menurut Andi, Chynthia Florist yang berkantor di Plaza Mutiara Suit 103, samping Hotel JW Marriott, sekarang sedang diliburkan. ''Kami diberi tahu agar menunggu pengumuman,'' ucapnya.
Hendrawan Jaringan Noordin?
Tim Densus 88 akhir Juni lalu menangkap Hendrawan, warga Singapura yang sempat tinggal di kawasan Malang Raya (berita soal Hendrawan baca bagian lain halaman 1). Hendrawan ditangkap karena menjadi buron Singapura. Dia diduga terlibat dalam rencana pengeboman Bandara Changi.
Sumber Jawa Pos di kepolisian menyebutkan, Hendrawan yang ditangkap di Solo itu punya nama lain: Husaini bin Ismail. Saat ditangkap, dia bersama istrinya, Rasidah binti Sanubari (di Indonesia berganti nama menjadi Najwa). "Peran dalam konteks hubungan dengan Noordin tidak sampai teknis. Kami menduga dia hanya pernah bertemu beberapa kali dengan kader-kader Noordin untuk menguatkan mental mereka," lanjut sumber Jawa Pos kemarin.
Berdasar informasi yang dihimpun dari kepolisian, Singapura meminta bantuan Indonesia untuk menangkap dua buron teroris warga negara Singapura, yakni Samad bin Subari dan Husaini bin Ismail. Keduanya diduga terkait rencana peledakan Bandara Internasional Changi, Singapura, 2003. Adanya permintaan tersebut juga diakui pihak Kementerian Dalam Negeri Singapura, Jumat (26/6).
Sebelum penangkapan, Internal Security Department (ISA) menyediakan informasi rinci kepada Polri mengenai Husaini dan Samad, termasuk sidik jari, keterlibatan di Jamaah Islamiyah, dan penyelidikan terkini.
Husaini bin Ismail ditangkap polisi di sekitar Solo, Jawa Tengah, Minggu (21/6) pukul 16.00. Polisi juga mengambil istrinya, Rasidah binti Subari, 44, serta dua anaknya, Lukman, 20, dan Mukmin, 19. Husaini, Rasidah, dan kedua anaknya lahir di Singapura. Sementara Samad ditangkap di Bandar Lampung pada hari yang sama pukul 19.00. Umar, anak Samad, menghilang saat ayahnya ditangkap. "Peran dia dalam peledakan ini masih didalami," kata sumber itu.
Kombes Ketut Yoga menolak membeberkan informasi soal Husaini alias Hendrawan. "Saya tidak berwenang bicara strategi penyidikan. Semua masih disvelidiki dan terus dikembangkan," katanya. (jawapos)
Silahkan posting komentar Anda