Sita Dua Senpi dan 200 Kg Bahan Bom
Setelah sembilan tahun buron, pelarian Noordin M. Top berakhir di Dukuh Kepuhsari, Mojosongo, Jebres, Solo. Gembong teroris asal Malaysia itu tewas bersama tiga teroris lain, Bagus Hadi Pranoto alias Urwah, Hadi Susilo, dan Ario Sudarso alias Aji, saat digerebek 15 anggota Crisis Response Team Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri kemarin (17/9).
Noordin tewas dengan luka pecah di kepala bagian belakang. Luka berat juga dialami anggota teroris yang lain
Ketua RT 3 RW 2 Dukuh Kepuhsari Suratmin bersama Lurah Mojosongo Sri Wahyono mengatakan menjadi saksi mata sesaat sebelum empat mayat dievakuasi dari rumah kontrakan Hadi Susilo, tempat penggerebekan.
''Sebelum dimasukkan ke kantong mayat, saya dan Pak Lurah sempat diajak petugas ke lokasi menyaksikan empat mayat yang tewas dalam penggerebekan,'' ungkap Suratmin di rumahnya kemarin.
Dia yakin bahwa salah satu mayat tersebut adalah Noordin. ''Mayat dia berada di sisi paling utara. Selain bercambang lebat dan berkulit putih, dilihat dari ukuran fisiknya mayat tersebut juga lebih besar bila dibandingkan dengan tiga mayat yang lain,'' katanya.
Dia juga mengatakan, pakaian yang dikenakan mayat yang diduga Noordin berbeda dengan ketiga mayat lainnya. Yakni, mengenakan serban di kepala dan bercelana lebih pendek. ''Saat mayat diangkat, kepala bagian belakang rusak. Dua mayat lainnya mengalami luka patah di bagian tangan dan kaki serta beberapa organ di bagian perut,'' tambah Sri Wahyono.
Selain melihat beberapa mayat yang dikeluarkan dari sisi kanan bagian belakang rumah itu, Suratmin dan Sri Wahyono diajak polisi untuk menyaksikan sejumlah barang bukti yang ditemukan di dalam rumah.
Beberapa barang bukti yang ditemukan, antara lain, 1 pistol, 1 senjata laras panjang, 2 karung belerang ukuran 25 kg, 6 karung TNT ukuran 25 kg (total 200 kg bahan bom), 2 laptop merek Acer dan Toshiba, 2 handphone, 1 handycam merek Sony, dan sejumlah uang tunai. ''Saat ditunjukkan, senjata laras panjang itu mirip dengan senjata yang dibawa polisi berseragam hitam-hitam itu,'' tambahnya.
Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri tampak benar-benar lega kemarin. Setelah menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Negara dan mengumumkan secara resmi kematian Noordin di Mabes Polri, dia berkali-kali tersenyum dan tampil rileks. ''Ini berkah Ramadan. Awalnya memang tim tidak menduga ada dia (Noordin, Red) di dalam,'' katanya.
Operasi pengejaran sebenarnya difokuskan untuk memburu Urwah alias Bagus Budin Pranoto. Jejak Urwah sebenarnya tercium sejak akhir Agustus lalu. Saat itu sumber Jawa Pos membeberkan bahwa hasil pengembangan interogasi terhadap tersangka Muhamad Jibril mengarah kepada lokasi Urwah (Jawa Pos 29/08/2009).
Dari operasi penjejakan selama dua pekan di Solo, polisi mengincar Rahmat Uji Prabowo alias Bejo, salah seorang residivis kasus teroris dengan tuduhan menyembunyikan Abu Dujana. ''Diawali adanya satu kelompok yang patut diduga bahwa mereka adalah jaringan teroris yang berafiliasi dengan tim dari kelompok Urwah dan Aji,'' kata Kapolri.
Bejo ditangkap di musala dekat Pasar Gading, Solo, sekitar pukul 10.30 WIB. Pria tersebut kemudian diinterogasi dan polisi kembali melakukan penangkapan pada sore harinya. ''Jam 15.00 WIB, kami menangkap Supono alias Kedu dan kemudian diinterogasi lagi,'' tegasnya.
Dari dua orang tersebut diperoleh informasi bahwa ada empat orang teroris yang berada di salah satu rumah di kampung Kepuhsari, Solo. Rumah tersebut diketahui milik Susilo alias Adib yang ikut tewas dalam operasi. ''Lalu, pada 23.30 WIB, dilakukan evakuasi masyarakat agar bergeser seluruhnya. Pukul 24.00 WIB, anak-anak mencoba mendobrak pintu, tapi di dalam disambut rentetan tembakan,'' jelasnya.
Setelah memberikan peringatan berkali-kali, Densus 88 membalas tembakan sehingga terjadi baku tembak. Sebuah motor Astrea milik Susilo yang berada di dalam rumah terbakar. Noordin cs pun saat itu langsung masuk ke sebuah kamar mandi.
''Mereka berteriak heroik dan menantang perlawanan,'' kata mantan Kabareskrim itu. Pada pukul enam pagi, mereka berhasil dilumpuhkan. ''Alhamdulillah, korban pertama yang ditemukan adalah DPO Urwah. Dia juga ahli bom,'' tuturnya.
Lalu, Ario Sudarso alias Aji alias Mistam Hisamuddin yang dikenal sebagai murid langsung Dr Azhari. ''Dia yang merakit bom JW Marriott dan Ritz-Carlton yang meledak tepat dua bulan lalu,'' ujarnya.
Lalu, ada Putri Munawarroh yang mengandung. Dalam kondisi luka, dia dirawat di RS Polri Jakarta. "Anggota sudah berusaha meminta mereka keluar. Tapi, mereka tetap melawan. Jadi, kami tak mau ambil risiko," ujarnya. Susilo, suaminya, juga tewas diterjang peluru.
Korban tewas keempat adalah Noordin M. Top. "Ada 14 titik sidik jari yang match dengan sampel yang kami miliki dari Polisi Diraja Malaysia," tutur Kapolri. Padahal, hanya dibutuhkan sebelas titik untuk memastikan data itu cocok. "Itu bernar-benar berkah," ungkap dia.
Noordin, menurut Kapolri, melawan dengan gigih. "Seperti Dr Azhari, dia selalu tak pernah lepas dengan senjata genggam Beretta dengan magasin full. Juga ada granat tangan yang picunya sudah terlepas dan siap meledak, tapi bisa dijinakkan oleh anggota," ungkap dia. Di lokasi juga ditemukan 200 kg bahan bom dan senjata M16.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Nanan Soekarna menambahkan, tim terdepan yang meringkus Noordin sebanyak 15 orang. "Yang banyak bertujuan mengamankan wartawan," tutur dia lantas tersenyum.
Kepala Subdirektorat Bidang Olah Perkara Unit Identifikasi Mabes Polri AKBP Achmad Taufik yang mengidentifikasi langsung jari-jari Noordin menyatakan didampingi langsung oleh Komjen Gories Mere saat melihat jenazah Noordin di Solo untuk kali pertama. "Hanya butuh sepuluh detik. Sebelum saya mengambil sidik jari Noordin, saya tahu bahwa itu Noordin. Saya berdoa dulu sebelum mengambil dan saya katakan itu sama. Ternyata, waktu diambil memang sama," terang dia.
Yang pasti, menurut dia, kondisi fisik Noordin utuh. Hanya ada beberapa luka di bagian belakang akibat tembakan Densus 88. Dia menjelaskan, Noordin juga memelihara jenggot yang cukup panjang. "Berdasar 14 ciri khas sidik jari itu, memang dinyatakan Noordin, seperti sampel yang dibawa kepolisian Malaysia," papar Taufik yang juga memastikan jenazah gembong teroris Azhari tersebut.
Sementara itu, kematian Noordin tidak berarti aksi teror di Indonesia tamat. "Masih belum selesai. Ada banyak sel dan jaringannya yang bergerak," ujar Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri setelah jumpa pers di Mabes Polri kemarin. Menurut Kapolri, regenerasi jaringan Noordin berjalan sangat cepat. "Dia juga seorang amir tanzhim (struktur) Al Qaidah Asia Tenggara yang dibantu oleh Syaifudin Jaelani dan Muhammad Syahrir dan juga Ibrohim yang juga sudah tewas," kata Bambang.
Siapa yang bakal menggantikan? Kapolri yang sering dipanggil BHD itu tersenyum. "Kita masih dalami. Yang jelas belum selesai (operasi teror). Masyarakat perlu lebih waspada. Jangan cuek dengan tetangga sekitar," katanya.
Sumber Jawa Pos menyebut, dalam mekanisme Al Qaidah pasti akan ditunjuk amir darurat untuk mengendalikan operasi. "Selain Syaifuddin Jaelani, ada kemungkinan Dul Matin pulang ke Indonesia dan mengendalikan sisa-sisa kelompok Noordin," kata perwira menengah itu.
Dul Matin adalah buron seperti hantu bagi polisi. Berulang-ulang Dul Matin dikabarkan tewas di Filipina. Tapi, semuanya selalu kabar angin. Sosok buron kelas kakap dalam kasus terorisme itu pernah disebut-sebut sebagai pelaku bom Bali. Selama ini Dul Matin memiliki segudang nama atau alias. Misalnya, Amar Usman alias Muktamar alias Djoko Pitono. Dul Matin makin populer setelah polisi memasukkan namanya dalam daftar pencarian orang (DPO).
Di kalangan para anggota teroris di Indonesia, Dul Matin dikenal sebagai ahli elektro. Sejak mencuat kasus bom Bali, keberadaan warga Jalan Pemali, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, itu tak jelas. Informasi yang diperoleh dari keluarganya di Pemalang menyebutkan bahwa Dul Matin mungkin menetap di Malaysia. ( jwpos )
Silahkan posting komentar Anda