Tim pemenangan JK-Wiranto Jatim mengaku minimnya dana operasional yang dikucurkan dari pusat, dan mepetnya waktu penyaluran logistik ke tingkat grassroot, dijadikan salah satu penyebab suara JK Win minim. Selain itu, bupati dan wakil bupati yang berasal dari Partai Golkar tidak membantu perolehan suara.
Sekretaris Tim Pemenangan JK-Win Jatim, M Muchtar di Surabaya, tadi malam mengatakan, masalah pendanaan yang minim dan mepetnya waktu adalah salah satu kendala yang cukup signfikan penggerakkan massa di bawah.
Untuk tiap kabupaten/kota, hanya mendapat Rp 50 juta dan tingkat provinsi Rp200 juta. Apalagi, dana ini baru dicairkan 10 hari sebelum pencontrengan (H-10). "Jadinya, ya kurang maksimal kita menggarap massa pendukung di bawah. Padahal, kita punya caleg terpilih di masing-masing dapil dan tim kampanye," katanya.
Dari laporan data yang masuk ke internal tim (20 daerah di Jatim), diketahui perolehan suara JK Win hanya berkisar di angka 10-11 persen, Mega-Pro 28-30 persen dan SBY-Boediono 58-61 persen.
Selain itu, dukungan dari kalangan NU dan Muhammadiyah yang diharap membantu suara JK-Win di Jatim dianggap pihaknya masih kurang menggigit. Tapi, Partai Golkar dan Hanura tidak mau menyalahkan para ulama yang telah merapat ke JK-Win. "Ya, itu tadi karena mepetnya waktu dan minimnya dana," ungkapnya berulang kali.
Dia menambahkan, kantong-kantong suara Golkar seperti di Tuban, Ngawi, Malang Kabupaten dan Pacitan karena ada bupati dan wakil bupati berasal dari Golkar pun tidak membantu perolehan suara JK-Win.
"Belum lagi, Pamekasan yang dijadikan sasaran kampanye putaran terakhir dengan mengumpulkan 130 kiai se-Madura tidak bisa mengangkat suara JK-Win. Justru, Sampang yang agak lumayan suaranya, meski tetap di bawah suara Mega-Pro dan SBY-Boediono," imbuhnya.
Faktor penyebab lainnya adalah tidak turunnya pentolan-pentolan di elit Partai Golkar, seperti Siswono Yudhohusodo, Surya Paloh, Agung Laksono dan Akbar Tanjung untuk mengkampanyekan JK-Win di Jatim. (tempo)
Silahkan posting komentar Anda