Ridwan Hisjam meramaikan bursa ketua umum DPP Partai Golkar. Mantan ketua DPD I Partai Golkar Jawa Timur tersebut kemarin mendeklarasikan diri untuk siap bertarung merebut pucuk pimpinan partai berlambang beringin itu.
Ridwan yang juga mantan ketua Hipmi Jatim tersebut berjanji bakal meluruskan filosofi partai, yakni berkarya. Partai Golkar, katanya, bukan partai yang diciptakan untuk menjadi oposisi. Golkar harus senantiasa berkarya dengan cara mendukung pemerintah, siapa pun pemenangnya.
Politikus yang sudah malang melintang di Jatim itu menyatakan siap bersaing dengan sosok yang telah muncul, seperti, Aburizal Bakrie, Surya Paloh, dan Yuddy Chrisnandi. Khusus untuk Yuddy, Ridwan meragukan kemampuannya. ''Dia masih harus belajar banyak soal sejarah partai ini,'' tegasnya.
Ridwan langsung bermanuver dengan meminta penyelenggaraan munas dipercepat pada pertengahan Agustus 2009, dari jadwal sebelumnya Oktober 2009. Alasannya, agar upaya pemenangan Pemilu 2014 bisa segera dilakukan. Pembenahan partai pun bisa diupayakan lebih cepat.
Pengamat politik LIPI Syamsuddin Harris meragukan peluang Ridwan. Lelaki bertubuh subur itu lemah di hampir semua faktor kemenangan di Partai Golkar. Dari segi ketokohan, misalnya, figur Ridwan belum sampai ke taraf nasional. Dia tak banyak dikenal di tingkat DPD I dan DPD II. ''Kalau tak banyak dikenal, bagaimana mau dipilih,'' kata Syamsuddin.
Begitu pula soal modal pendanaan. Syamsuddin menilai, Ridwan akan kalah modal jika dibandingkan dengan Ical dan Surya Paloh, terutama Ical. Orang dekat Akbar Tandjung dan Agung Laksono itu sempat menjadi orang terkaya nomor lima di Indonesia versi majalah Globe Asia.
Selain itu, imbuh Syamsuddin, waktu pencalonan Ridwan pun sangat mepet dengan agenda munas. Dia jelas kalah start dengan Ical dan Surya Paloh yang lebih dahulu mengajukan diri. Mereka juga sudah mulai bergerilya di tingkat DPD I dan DPD II Golkar di daerah.
Meski begitu, pencalonan Ridwan, kata Syamsuddin, harus diapresiasi. Sebab, dengan semakin banyaknya calon ketua umum, alternatif pemimpin Golkar lebih variatif. Tidak didominasi nama-nama lama. (jwpos)
Silahkan posting komentar Anda