Partai Golkar diperkirakan akan kehilangan tujuh kursi di DPRD Sulsel akibat menurunnya perolehan suara pada pemilu legislatif 2009.
Pada pemilu 2004 lalu, Golkar mampu menempatkan 33 orang kadernya di DPRD Sulsel. Saat itu, Golkar tampil sebagai pemenang pemilu di Sulsel dengan capaian 43% suara. Prediksi penurunan suara partai beringin ini didasarkan pada hasil survei Institute for Social and Political Economic Issues(ISPEI),Golkar hanya mampu meraih suara di kisaran 35-38%.
Dengan demikian, terjadi penurunan suara 5% hingga 8%.Penurunan itu berakibat pada hilangnya 5 hingga 7 kursi. Salah satu penyebab berkurangnya kursi Golkar adalah akibat melempemnya sejumlah caleg incumbentdi DPRD Sulsel.
Belasan incumbent Golkar tersebut diprediksi bakal sulit terpilih kembali. Informasi yang diperoleh SI di Fraksi Golkar DPRD Sulsel kemarin, hanya sebagian kecil caleg yang perolehan suaranya dinyatakan aman.
Dari 18 incumbent Golkar, hanya enam caleg yang disebut hampir pasti lolos. Mereka adalah Moh Roem dari daerah pemilihan (dapil) IV. Incumbent lainnya, yakni Pangerang Rahim (dapil IV), A Yagkin Padjalangi (dapil I), Ajiep Padindang (dapil V), Nurdin Mangkana (dapil IV),dan A Burhanuddin Baharuddin (dapil III).
Sementara belasan caleg lainnya masih harus menunggu dengan cemas karena harus bersaing dengan pendatang baru. Ketua Fraksi Partai Golkar Ajiep Padindang meragukan prediksi berkurangnya 7 kursi Golkar itu.Menurutnya, perkiraan tersebut terlalu dini, sebab belum ada data pasti terkait perolehan suara.
”Kalau disebut suara Golkar turun, itu memang benar. Tapi kalau ada yang berani menyatakan berkurangnya sebanyak tujuh kursi,itu perkiraan gegabah,” jelas Ajiep. Dia mengaku, belum bisa memprediksi berapa kursi Golkar yang akan hilang karena suara sah belum diketahui.
Suara sah itu berpengaruh pada bilangan pembagi pemilih (BPP) untuk menentukan berapa kursi yang didapatkan partai. Wakil Ketua Bappilu DPD I Golkar Sulsel ini mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya suara Golkar yakni karut-marutnya data daftar pemilih tetap (DPT).
Banyaknya warga yang tidak dapat menggunakan hak pilihnya disebut sangat merugikan Golkar karena sebagian besar suara hilang itu milik Golkar. Selain itu, dia juga menilai banyaknya partai baru dengan kader militan yang membuat suara Golkar di Sulsel berkurang.Ajiep juga mengakui adanya kompetisi yang tidak sehat di antara caleg Golkar.
Terdapat caleg yang menggarap wilayah yang sama, sehingga merugikan suara Golkar sendiri. Terpisah, Ketua Bappilu DPD I Golkar Moh Roem enggan mengomentari prediksi itu. Dia juga mengelak saat ditanya soal peluangnya untuk terpilih kembali. ”Belum ada yang pasti.
Perhitungan suara masih dilakukan KPU,”ujar Roem yang ditemui di kantor DPRD Sulsel. Direktur Eksekutif ISPEI Imam Mujahidin Fahmid mengatakan, salah satu faktor menyebabkan suara Golkar anjlok di Sulsel yakni kesalahan dalam mencalonkan Jusuf Kalla sebagai calon presiden.
Menurut dia, isu tersebut tidak cukup menjual untuk menarik simpati pemilih. Imam mengatakan, rendahnya dukungan terhadap JK sebagai capres terbukti dari hasil survei calon presiden favorit yang digelar sebelum pemilu. Survei itu menempatkan SBY masih unggul dari JK di Sulsel.
Menurut Imam, Golkar Sulsel awalnya berharap nama JK sebagai capres akan mendongkrak suara Golkar di Sulsel sehinga target 45% suara dapat tercapai. ”Justru itu jadi bumerang yang memukul balik Golkar. Di Sulsel sendiri pun, JK tidak sepenuhnya didukung.Bisa lain ceritanya jika saja JK saat itu tetap diposisikan sebagai wapres SBY,” tandas Imam. (sindo)
Silahkan posting komentar Anda