Detik-detik proklamasi diperingati anak bangsa di pelosok negeri.Tebing Tontonan pun jadi saksi rasa patriotisme para pemuda Mapala Politeknik Negeri Ujungpandang.
“KAMI jelaskan apa sebenarnya tujuan kami.Kami katakan bahwa kami adalah manusiamanusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya.
Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” (Soe Hok Gie - Pendiri Mapala Universitas Indonesia) EMBUN belum lagi kering saat matahari pagi mengintip dari balik tebing Tontonan,17 Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Politeknik Negeri Ujungpandang telah berbenah.
Segala perlengkapan pemanjatan dipersiapkan seperti tali, paku tebing (piton), sepatu, dan kapur magnesium. Di pagi hari kemerdekaan itu, sekitar pukul 06.00 Wita, mereka akan kembali menjalankan misi monumental, memasang sang saka merah putih berukuran raksasa, berukuran 21x12 meter, di tebing setinggi 140 meter yang kini berada di depan mereka.
Satu tradisi peringatan detik- detik proklamasi yang sudah ketiga kalinya dilakukan Mapala Politeknik dengan memasang sang saka merah putih di tebing tinggi. Untuk kedua kalinya mereka memilih memeringati HUT Proklamasi di Tebing Tontonan, Kelurahan Tanete,Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
Kemarin, di beberapa daerah juga berlangsung pengibaran bendera,mulai dari Istana Negara di Jakarta, pendakian puncak gunung, hingga pemecahan rekor pengibaran bendera di dasar laut di Bunaken, Manado. Demikian halnya mahasiswa Makassar ini, yang akan kembali menggelorakan semangat nasionalisme mereka di tebing Tontonan.
Diawali dengan berdoa bersama, 17 anggota tim dengan Pimpinan Operasi Ane One Wade,mantap mereka memulai pemanjatan dari sisi bagian belakang tebing. Operasi itu dimulai sejak tanggal 14 Agustus dengan pembuatan jalur, simulasi, dan puncaknya pada tanggal 17 Agustus,kemarin.
Diketahui, tiga tahun terakhir, peringatan HUT Kemerdekaan RI oleh anggota Mapala Politeknik rutin dilaksanakan dengan cara berbeda dengan lokasi pemasangan bendera pada tebing-tebing tinggi. Tahun 2007, bersama dengan gabungan kelopok pencinta alam di Sulsel mereka bergabung memasang bendera di tebing Bambapuang, Enrekang.
Tebing tertinggi di Sulsel.Tahun 2008 barulah mereka lakukan di Tontonan dengan ukuran bendera lebih besar dari kemarin,yakni 22 x 16 meter. Kegiatan itu kembali diulang tahun ini. Menjelang detik-detik proklamasi, ditandai bunyi sirene yang panjang, bendera merah putih berukuran besar meter pun dikibarkan oleh delapan anggota Mapala Politeknik yang bergelantungan di dinding tebing tontonan menggunakan tali carmantel.
Dari dasar tebing, tubuh One’ (panggilan Ane One Wade), Harianto, Didit, Pakau, Daud, Imanuel, Puput terlihat hanya seperti bagian kecil yang menggantung di sepanjang sisi bagian bawah dan sisi kiri dan kanan bendera. Pukul 10.30 Wita,bendera merah putih terpasang dengan gagahnya di tebing berwarna putih itu.
Tontonan merupakan daerah wisata yang dahulunya merupakan lokasi penguburan masyarakat, masih terlihat lokasi penguburan di tebing bagian bawah, sekitar 10 meter dari sungai yang mengalir di bawahnya. “Pengibaran bendera merah putih raksasa di tebing Tontonan salah satu apresiasi Mapala Politeknik memperingati HUT Proklamasi tahun ini,” kata Ketua Mapala Politeknik Ahmad Sulesena.
Dia menjelaskan, sebelum pengibaran bendera dilakukan di tebing Tontonan, didahului pemanjatan dari dasar tebing hingga ke puncak (top) tebing oleh anggota Mapala yang bertugas mengibarkan bendera. Suasana menegangkan sebelum bendera terpasang secara sempurna sangat jelas terlihat. Komunikasi dan koordinasi antar anggota tim harus benar-benar padu untuk menghindari kesalahan kecil yang mungkin saja bisa terjadi dan berakibat fatal.
“Situasinya sangat menegangkan. Dan saya bisa membayangkan kebanggaan teman-teman semuanya setelah berhasilnya pemasangan bendera itu,” kata Lukman,senior Mapala Politeknik, yang dalam tiga kali pelaksanaan operasi yang sama selalu terlibat langsung. Lukman, yang akrab disapa Omel, mengatakan, persiapan operasi kali ini sekitar satu bulan.
Dari pembentukan tim hingga latihan selama satu bulan hingga pelaksnaan hari operasi. Kobaran semangat nasionalisme para mahasiswa yang sekitar 4 jam 30 menit bergelantungan di dinding vertikal dengan kemiringan 90 derajat itu seakan juga dirasakan masyarakat yang berbondong- bondong datang ke lokasi.
Ratusan warga menonton dari dasar tebing menyaksikan pemasangan bendera itu. Kadang terlihat kecemasan di wajah mereka dan akhirnya terpuaskan dalam luapan kegembiraan saat Sang Saka Merah Putih sempurna terbentang. Akibatnya, arus lalu lintas di sekitar lokasi tebing macet total. Terpaksa aparat kepolisian dari Polsek Anggeraja dan Polres Enrekang turun mengatur arus lalu lintas di lokasi pemanjatan. (sindo)
Silahkan posting komentar Anda