Karakter Bugis-Makassar yang melekat dalam diri Jusuf Kalla akan membuatnya selalu tergerak berbuat kebaikan di manapun dan sampai kapan pun.
Meskipun tidak lagi berada dalam struktur formal pemerintahan setelah lengser dari jabatan wakil presiden Oktober mendatang, Kalla diyakini akan terus menebar kebaikan untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Prinsip luhur adat Bugis, yakni lempu (jujur), siri’na pacce (rasa malu dan tanggung jawab moral) yang mengkristal pada diri Kalla, selalu akan membuatnya tergerak melakukan halhal yang bermanfaat untuk orang banyak.
“Orang dengan karakter seperti Jusuf Kalla itu akan malu apabila tidak berbuat kebaikan. Saya yakin apa yang dilakukan selama lima tahun di pemerintahan,tetap akan berlanjut meski konteksnya sudah berbeda,” jelas budayawan Sulsel Ishak Ngeljaratan. Pernyataan ini diungkapkan Ishak terkait adanya kalimat perpisahan dan terima kasih yang disampaikan Kalla kepada rakyat Sulsel,yang telah mendukungnya selama menjabat sebagai wapres.
Menurut Ishak,pemerintahan SBY lima tahun ke depan bahkan selayaknya meminta pertimbangan dan nasihat kepada Kalla untuk setiap pengambilan kebijakan. Apalagi Ishak melihat keharmonisan dan keseimbangan pemerintahan pada duet SBY-Kalla tidak lagi ada di kepemimpinan nasional mendatang.
“SBY tidak boleh sungkan meminta topangan politik dari Kalla. Itu jika ingin pemerintahan yang baik seperti lima tahun terakhir tetap berlanjut,” papar Ishak. Pengamat politik Unhas Prof Nursadik mengatakan,Kalla telah memberikan contoh yang sangat baik dalam hal perilaku politik.
Dia berharap Kalla tidak benarbenar mundur dari arena politik dan tetap memberi masukan kepada pemerintah apabila diminta. “Meskipun tidak lagi di dalam struktur, saya yakin Kalla tetap akan berbuat sesuatu,”jelas dia. Nursadik mengatakan, di negara- negara, kebiasaan mantan presiden dan wakil presiden adalah mengabdikan hidupnya di bidang sosial. Salah satu arena yang kemungkinan akan ditekuni Kalla nanti adalah dunia pendidikan.
“Pak JK misalnya bisa membangun perpustakaan terbesar di Asia di Makassar. Hal semacam itu sangat bisa terjadi ketika dia mengabdikan diri di bidang pengembangan pendidikan nanti,” jelas Nursadik. Pengajar ilmu politik pada Fisip Unhas ini mengaku setuju apabila Kalla lebih banyak menggunakan waktunya di Makassar ketimbang di Jakarta setelah lengser.
Dikatakan, daerah-daerah seperti Sulsel,Papua,Maluku, harus lebih dikembangkan lagi. Dan,itu membutuhkan pemimpin dengan kemampuan terbaik dan teruji seperti kualitas yang dimiliki Kalla. (sindo)
covermakasar
Silahkan posting komentar Anda