Tiga jorong (dusun) di Kanagarian (Desa) Tandikat,Kecamatan Patamuan,Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), yang tertimbun longsor akibat gempa,dijadikan kuburan massal.
Sebab,sekitar 360 korban yang tertimbun tanah longsor di ketiga dusun itu, yakni Cimanak,Kepala Koto dan Lubuk Laweh, tidak memungkinkan untuk dievakuasi lantaran sulitnya medan. Rencana kuburan massal ini sudah dibahas Satuan Koordinasi dan Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Alam (Satkorlak PBA), yang dipimpin langsung Gubernur Sumatera Barat,Gamawan Fauzi, di Padang,kemarin. Namun, rencana ini harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari berbagai pihak, terutama warga yang sanak saudaranya menjadi korban di lokasi longsor.
Satkorlak PB sudah meminta agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padang Pariaman segera berkonsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Padang Pariaman mengenai rencana pembuatan kuburan massal tersebut. ”Kita sudah meminta bupati agar MUI memberi penjelasan kepada keluarga korban,”ujar Kepala Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar Dede Nuzul Putra di Padang kemarin. Dia menuturkan,rencana menjadikan tiga dusun itu sebagai kuburan massal lantaran evakuasi seluruh jenazah tidak memungkinkan.
Satkorlak PB memilih untuk mengutamakan penyelamatan korban yang masih hidup di wilayah lain.Apalagi kemungkinan adanya korban yang masih hidup memang sudah tertutup. Sebab, sejak gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) mengguncang Sumatera Barat pada Rabu (30/9) lalu, evakuasi pertama di ketiga dusun itu baru dilakukan pada 2 Oktober lalu. Selama dua hari, tim evakuasi hanya mengandalkan peralatan sederhana seperti cangkul dan parang. Padahal, timbunan tanah di ketiga dusun yang dikelilingi perbukitan dan Gunung Tigo itu juga disertai kayu besar dan pohon kelapa.
Delapan alat berat sebagai tambahan alat evakuasi belum bisa masuk ke lokasi karena sulitnya akses jalan. Berdasarkan informasi, hingga kemarin sore, korban yang sudah dievakuasi dari ketiga dusun itu baru 28 orang. Sejak dua hari lalu, bau busuk mulai menyengat di lokasi itu.Pembusukan jenazah semakin cepat lantaran timbunan longsor merupakan tanah basah. Hujan deras yang mengguyur hampir seluruh Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang, kemarin, juga mempercepat pembusukan jenazah. ”Lagi pula, kalau diangkut (jenazah) akan butuh waktu yang lama,” ujar Nuzul.
Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Priyadi Kardono mengaku, dalam hal rencana pembuatan kuburan massal, pihaknya hanya dalam kapasitas memberi saran.Walau demikian, tim evakuasi akan berusaha semaksimal mungkin untuk terus mencari korban dari timbunan tanah. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, evakuasi korban bencana dilakukan selama tujuh hari. Jika selama tujuh hari evakuasi belum selesai,keluarga korban akan ditanyai untuk mendapat persetujuan menghentikan pencarian.
Proses lain yang harus disepakati untuk menjadikan kuburan massal adalah alih fungsi lahan.”Jangan nanti ada warga yang memprotes atau mengklaim tanah itu sebagai miliknya,” ujar Priyadi. Di ketiga dusun itu, hampir 90% rumah warga tertimbun tanah. Bahkan, di Kepala Koto, bangunan rumah sama sekali tidak tersisa.Rumah yang masih terlihat di Dusun Cumanak juga sudah roboh.
Berdasarkan informasi dari warga, Dusun Cimanak dihuni sekitar 80 kepala keluarga (KK), Dusun Lubuk Laweh sekitar 50 KK dan Dusun Kepala Koto 40 KK. Sejumlah korban selamat juga sudah tidak berharap untuk kembali tinggal di situ. Selain masih trauma,mereka juga merasa tidak aman tinggal di daerah itu karena perbukitan di sekitarnya rawan longsor. ”Saya sudah tidak betah tinggal di sini lagi,”kata Zianan,43, korban yang selamat bersama istri dan dua anaknya. Zianan yang kehilangan seorang anak bernama Silvi, 8, berharap kepada pemerintah agar menyediakan permukiman baru bagi mereka.
Jika permukiman baru itu tersedia, dia akan pindah dan meninggalkan rumahnya yang tertimbun kayu dan pohon kelapa. Puluhan warga yang masih hidup kini sudah mengungsi ke rumah saudara mereka yang tidak jauh dari dusun itu. Sebagian memilih tinggal di tenda pengungsian dengan memanfaatkan bantuan seadanya. Kawasan longsor lain di Kabupaten Padang Pariaman adalah Dusun Koto Tinggi,Desa Padang Alai, Kecamatan V Koto Timur dan Dusun Talau, Desa Padang Alai Kecamatan V Koto Kampung. Selain longsor,jalan menuju dusun ini juga rusak berat dan terputus di sembilan titik,sehingga tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.
Di Kecamatan V Koto Timur diperkirakan 54 orang tertimbun dan yang sudah ditemukan baru 19 orang. Sedangkan di Kecamatan V Koto Kampung masih tertimbun lima warga tertimbun dan sudah dievakuasi. Secara umum,menurut Bupati Padang Pariaman Muslim Kasim, Padang Pariaman adalah daerah yang paling parah terkena dampak gempa.Korban meninggal dunia, hingga kemarin siang tercatat 280 orang, belum termasuk yang tertimbun tanah longsor di sejumlah dusun.
Padang Pariaman terdiri atas 261 dusun, 46 desa, dan 17 kecamatan yang kebanyakan dikelilingi perbukitan.Kebanyakan warga Padang Pariaman yang selamat kini tinggal di tenda-tenda yang didirikan di depan rumah mereka. Penyaluran bantuan pun belum sepenuhnya tersalurkan ke warga. ”Bantuan sudah kita salurkan,tapi memang belum maksimal,” ujar Muslim ketika dihubungi dari Padang,kemarin.
Terus Bertambah
Sementara itu, jumlah korban tewas yang telah ditemukan akibat gempa 7,6 Skala Richter (SR) di Sumatera Barat terus bertambah. Hingga tadi malam, berdasar data Satkorlak PB Sumatera Barat, korban tewas yang telah ditemukan mencapai 605 orang. Korban tewas terbanyak yang telah terdata ditemukan di Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 276 orang dan di Kota Padang 231 orang.
Korban tewas lainnya di Kota Pariaman 49 orang,Kabupaten Pe sisir Selatan 10 orang,Kota Solok 4 orang,Kabupaten Agam 32 orang, dan Kabupaten Pasaman Barat 3 orang. Gempa juga mengakibatkan 412 orang luka berat, 2.096 luka ringan,dan 343 hilang. Selain itu 83.883 unit rumah rusak berat, 32.773 unit rusak sedang, dan 66.419 unit rusak ringan. Sementara itu, para pengungsi korban gempa kini membutuhkan tenda darurat demi menampung keluarganya karena rumah mereka sudah rata dengan tanah.
”Kami sangat bersyukur jika ada bantuan tenda tersebut karena kini kami tidak bisa mendiami rumah yang runtuh karena gempa itu,” kata wargakorbangempadiPadang,Nel, kemarin. Korban gempa Sumatera Barat setidaknya membutuhkan 10.000 unit tenda darurat ukuran keluarga karena banyak yang rumahnya hancur karena gempa itu.
Wakil Gubernur Sumbar, Marlis Rahman, mengatakan, kini sudah banyak bantuan yang masuk ke posko penanggulangan bencana Kantor Gubernur Sumbar, namun sedikit yang berupa tenda. ”Bagi yang ingin memberikan bantuan, lebih efektif berupa tenda dan logistik,karena itu yang sangat dibutuhkan saat ini,”katanya. (sindo)
Silahkan posting komentar Anda