Siapa pun tak memungkiri globalisasi dunia pendidikan sudah masuk Indonesia.Artinya, siswa harus menguasai bahasa asing.
Namun,bukan berarti siswa menyepelekan bahasa Indonesia.Justru sebaliknya,lebih dahulu menguasainya dengan benar. Pengamat pendidikan Kota Medan Jasamen Saragih menyatakan, penggunaan bahasa asing sudah tidak bisa dibendung lagi. Namun, bukan berarti melupakan bahasa negara sendiri. “Kita tidak bisa antibahasa asing.
Pada kenyataannya, bahasa merupakan pemersatu dan bentuknya global.Untuk bergaul dan mampu bersaing dengan publik luar negeri, tentu harus menggunakan bahasa asing.Misalnya kita ke Amerika Serikat (AS),Belanda,atau Prancis.Jika pun negara-negara tersebut memiliki bahasa sendiri,kita tetap menggunakan bahasa Inggris,”ujarnya di SMK Negeri 7 Medan kemarin.
Apalagi, kini dalam dunia pendidikan banyak ditemukan penggunaan bahasa Inggris,misalnya di sekolah-sekolah internasional. “Sekolah internasional itu tidak bisa dihindarkan dan juga bagian dari perkembangan dunia pendidikan. Memang, meski dalam sehariharinya digunakan pengantar bahasa Inggris, bahasa Indonesia tidak boleh dilupakan.Seseorang itu harus mampu menguasai bahasanya sendiri sebelum menguasai bahasa orang lain,”paparnya.
Mengapa demikian? Di negara lain seperti Malaysia atau Filipina, bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran atau mata kuliah. “Di Malaysia dan Filipina, bahasa Indonesia dipelajari dengan baik. Maka itu,jangan sampai orang lain antusias belajar bahasa Indonesia, malah kita yang tidak,”tandasnya.
Sementara itu,Prof Amrin Saragih selaku Kepala Balai Bahasa Sumatera Utara berharap para generasi muda mau dan bangga menggunakan bahasa Indonesia. Dia memang melihat kecenderungan kaum muda lebih suka menggunakan bahasa asing. “Bahasa asing kini sering sebagai pengantar sekolah,terutama di sekolah internasional dan bahasa Indonesia,tidak lagi digunakan dengan bangga,”tuturnya.
Amrin juga menilai bahwa sekolah internasional sebagai bentuk komersialisasi pendidikan. Di sana selain bahasa pengantarnya adalah bahasa asing,tidak semua anak bisa menikmati sekolah tersebut. Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara Bahrumsyah mengungkapkan, maraknya sekolah bertaraf internasional bukanlah bentuk komersialisasi pendidikan. Namun, pendidikan memang harus mengikuti perkembangan zaman .
“Tidak, saya rasa sekolah internasional bukan bentuk komersialisasi. Sebab, ini demi efisien dan efektivitas belajar. Kalau Anda bertanya apakah standar murid, kualitas guru atau SDM para pengajar kita sudah tepat untuk berada di tingkat taraf internasional, tentutidak.TerutamaSDM guru,masih jauhlah untuk masuk sekolah taraf internasional,”katanya. (sindo)
Silahkan posting komentar Anda