Sektor perkebunan yang selama ini menjadi andalan Sumut mulai ditinggalkan investor. Hal ini dipicu lahan yang semakin terbatas.Investor kini lebih memilih Riau dan Kalimantan.
Penurunan minat investor menggeluti usaha perkebunan di Sumut tercermin dari realisasi investasi berdasar penerbitan izin usaha tetap (IUT) hingga triwulan I/2009 yang masih stagnan. ”Sektor perkebunan yang menjadi andalan tahun ini belum ada realisasi (investasi). Belum dapat diperkirakan kapan akan ada izin usaha tetap (IUT) itu.IUT diterbitkan apabila perusahaan benar-benar merealisasikan dana yang akan ditanamkannya pada sektor tersebut,” ungkap Kepala Subbidang Pengawasan dan Pengendalian Industri Badan Investasi dan Promosi (Bainprom) Sumut Mimi Rangkuti di Medan kemarin.
Data Bainprom Sumut mencatat, sepanjang tahun ini, investasi ke sektor perkebunan sebatas rencana perluasan investasi dari satu perusahaan dalam negeri (PMDN) dengan total investasi sebesar Rp308 juta. Rencana perluasan investasi ini baru bisa dilakukan apabila perusahaan berniat menambah jangka waktu penanaman modalnya ke daerah ini. Sementara itu,untuk penanaman modal asing (PMA) belum terlihat keinginan mereka bakal menanamkan modalnya atau paling tidak memperluas investasinya.
”Diharapkan, dalam beberapa bulan ke depan, akan ada investor yang berminat berinvestasi pada sektor ini (perkebunan), khususnya kelapa sawit.Kemungkinan itu cukup besar karena biasanya untuk merealisasikan investasi waktunya cukup lama,”paparnya. Secara keseluruhan, nilai realisasi investasi PMDN hingga triwulan I tahun ini sebesar Rp14,3 miliar dengan satu proyek.Sementara itu, untuk PMA, investasi yang telah ditanamkan sebesar USD4,1 juta dengan tiga proyek.
Pada 2008, realisasi investasi untuk PMDN mencapai Rp391 juta dengan jumlah proyek 13 perusahaan. Sementara itu, PMA nilai investasi yang telah ditanamkan ke daerah ini sebesar USD255,1 miliar dengan 23 proyek. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut Irfan Mutyara menilai keterbatasan lahan merupakan salah satu kendala investor mulai menunda niatnya menanamkan modalnya ke sektor agrobisnis di daerah ini.Sumut tidak lagi punya lahan yang cukup luas yang bisa menarik investor menanamkan modalnya.
”Kalau untuk perkebunan rakyat kemungkinan masih ada karena hanya membutuhkan lahan seluas dua hektare. Kalau untuk perkebunan besar tampaknya sulit karena minimal harus ada 25 hektare,” tuturnya. Saat ini, investor mulai beralih ke Riau dan Kalimantan.Sebab, di daerah ini lahan untuk perkebunan masih cukup luas. Bahkan, sejumlah perusahaan yang selama ini beroperasi di Sumut mulai ekspansi ke dua daerah itu. (sindo)
Silahkan posting komentar Anda