Politisi Muda Golkar Belum Bisa Terima Rizal Mallarangeng
Politisi Partai Golkar belum bisa menerima Rizal Mallarangeng di struktur kepengurusan partai tersebut. Ferry Mursyidan Baldan dan Poempida Hidayatullah, misalnya, menolak keberadaan Rizal itu.
Reputasi Rizal yang pernah memaki-maki Golkar menjadi salah satu alasan mereka. "Soal Rizal, itu yang sulit diterima karena dia pernah memaki-maki Golkar. Ini membuktikan, ternyata kita bisa melakukan apa pun untuk menjadi pengurus Golkar, dengan memaki-maki sekalipun," kritik Ferry dalam diskusi bertajuk Golkar Dulu, Kini, dan Nanti di Warung Daun Pakubuwono, Jakarta, kemarin (10/10).
Menurut Ferry, sikap Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie yang memilih adik Andi Mallarangeng itu dalam struktur kepengurusan Golkar menimbulkan tanda tanya besar di antara kader. Rizal lolos karena dikenal dekat dengan Ical -sapaan akrab Aburizal Bakrie. "Memasukkan Rizal sama saja membumihanguskan Golkar," lanjutnya.
Ferry menyatakan, kapasitas Rizal untuk masuk ke dalam struktur DPP Golkar patut dipertanyakan. Selain pernah kontra dengan Golkar, Rizal tidak memiliki pemahaman ideologi Golkar. "Maksimal 10 persen (pengurus) dari luar Golkar. Seharusnya ya bukan Rizal," kata mantan legislator di Komisi II DPR tersebut.
Poempida menambahkan, Rizal masuk dalam kepengurusan Golkar murni hanya sebagai pembantu Ical. Dia menilai kapasitas Rizal harus diuji terlebih dahulu untuk membuktikan komitmennya terhadap Golkar. "Mungkin Rizal dianggap Bang Ical dapat membantu untuk berperan sebagai ketua umum Partai Golkar dalam konteks pemenangan Partai Golkar ke depan. Kita tunggu saja program-program apa yang bisa dia buat," jelasnya.
Dia menyatakan, harus ada kewajiban yang harus dipenuhi Rizal jika ingin disebut sebagai kader Golkar. Itu adalah sejumlah hal-hal sederhana, namun patut dipahami sebagai kader Golkar. "Pertama, Rizal harus belajar menghafal lagu himne Golkar dan menghayatinya. Dia juga harus memahami Panca Bhakti, ikrar warga Golkar. Tujuannya, dia benar-benar paham akan makna ideologi Partai Golkar dan apa yang diperjuangkannya," tandasnya.
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Fachry Ali menambahkan, Ical dinilai telah menyia-nyiakan kader muda Golkar yang juga memiliki kualitas. Dia menyebut Hari Azhar Azis dan Ferry Mursyidan Baldan. Hari selama ini dikenal sebagai salah seorang ekonom dari DPR periode 2004-2009. Sementara itu, Ferry adalah politikus muda yang sudah teruji dalam membuat aturan perundangan. "Golkar akan rugi jika tidak mengakomodasi dua orang itu," kata Fachry. (jawapos)
Silahkan posting komentar Anda