Masalah gula membuat pemerintah harus memutar otak mencari cara untuk menyeimbangkan harga gula yang terus meroket di pasar. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, masalah gula ini menjadi dilema karena banyak faktor yang menjadi pangkal masalahnya. "Mengenai masalah gula, memang suatu pemikiran yang bagi kita perlu dikembangkan. Ini terkait adanya dilema," ujar Menkeu, saat ditemui di gedung Depkeu, Jakarta, Selasa (13/10).
Di satu sisi, kata Menkeu, naiknya harga gula di pasar internasional beberapa waktu terakhir turut mempengaruhi pergerakan harga komoditas ini di dalam negeri. Selain itu, penggunaan teknologi dan biaya pada pabrik-pabrik gula milik BUMN dan swasta di dalam negeri masih kurang kompetitif.
Kemudian, perkebunan tebu juga perlu dilakukan revitalisasi supaya dapat dilakukan efisiensi biaya. "Semua ini selalu menghadapkan kita harus mencari jalan yang cukup seimbang," cetusnya.
Menurut Menkeu, pemerintah juga tengah mengkaji kebijakan impor dan tarif bea masuk impor gula. Menurutnya, kebijakan impor gula juga menjadi dilema bagi pemerintah. Di satu sisi, impor gula berpotensi mematikan industri dalam negeri, namun di sisi lain impor gula akan memberikan tekanan pada perkebunan tebu dan gula di Indonesia sehingga justru berdampak semakin baik.
"Di satu sisi kita harus mampu memisahkan suatu tekanan perubahan agar perkebunan tebu pabrik gula di Indonesia semakin efisien. Itu harus dicari keseimbangan yang baik," jelasnya.
Masalah lainnya, tambah Menkeu, mengenai organisasi perdagangan yang dikuasi oleh pedagang besar. Menkeu mengatakan, pemerintah terus berupaya untuk menyelesaikan masalah ini. Untuk tahun 2010 ini, pemerintah juga telah menyediakan anggaran revitalisasi sehingga diharapkan dapat dilakukan efisiensi. (kompas.com)
Silahkan posting komentar Anda